Bagikan:

JAKARTA - Yulia Navalnaya mengatakan, mendiang suaminya yang merupakan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, seharusnya menjadi bagian dari pertukaran tahanan bersejarah antara Rusia dan Amerika Serikat.

Ia mengatakan pada Hari Kamis, dirinya merasakan kegembiraan dan kepahitan atas pertukaran tahanan bergaya Perang Dingin yang membebaskan para pembangkang terkemuka Rusia minggu lalu, hampir enam bulan setelah Navalny meninggal di koloni hukuman Arktik.

Dikatakan olehnya, jika suaminya masih hidup, Navalny seharusnya menjadi bagian dari kesepakatan di mana Rusia menyerahkan para pembangkang, bersama dengan warga negara AS dan Jerman, sebagai imbalan atas pembunuh bayaran Rusia yang dihukum Vadim Krasikov dan warga Rusia lainnya yang ditahan di penjara Barat.

Para pendukung Navalny mengatakan tak lama setelah Navalny meninggal pada tanggal 16 Februari, pemimpin oposisi itu akan ditukar dengan Krasikov, seorang anggota dinas keamanan FSB Rusia yang menjalani hukuman seumur hidup di Jerman karena membunuh seorang mantan pejuang Chechnya.

"Pada waktu itu banyak orang mengira itu tidak mungkin, bahwa kami mengada-ada. Namun sekarang semuanya menjadi sangat jelas," kata Navalnaya dalam sebuah video YouTube, melansir Reuters 8 Agustus.

"(Presiden Vladimir) Putin benar-benar setuju untuk menyerahkan tahanan politik sebagai ganti mata-mata dan pembunuh, dan ini terjadi. Namun tidak untuk Alexei," lanjutnya.

Dalam videonya, Navalnaya merayakan pembebasan delapan pembangkang Rusia pada tanggal 1 Agustus, tetapi mengatakan ia juga merasa sedih.

"Saya sudah lama tidak merasakan kelegaan dan kebahagiaan seperti ini. Namun, pada saat yang sama saya merasa sangat, sangat getir," katanya.

Ia mengatakan, pertukaran yang melibatkan AS dan Jerman telah menunjukkan oposisi Rusia dapat terlibat dengan para pemimpin dunia, yang "belum menyerah pada Rusia".

Dikatakannya, sedikitnya 15 tahanan yang masih ditahan atas tuduhan terkait politik, termasuk teknisi TV Navalny, Daniel Kholodny, tiga pengacara Navalny, dan politisi, aktivis, serta jurnalis lainnya.

Putin mengatakan ia bersedia membebaskan Navalny, seorang juru kampanye antikorupsi karismatik yang telah membangun gerakan nasional yang dilarang atas dasar "ekstremisme", dengan syarat ia tidak pernah kembali ke Rusia.

Kremlin membantah tuduhan keluarga dan pendukung Navalny, yang menyebutkan Presiden Putin telah membunuh Navalny di penjara karena ia tidak tahan melihatnya dibebaskan. Surat keterangan kematian Navalny mengatakan, pria berusia 47 tahun itu meninggal karena sebab alamiah.

Gerakan Navalny mengatakan akan memberikan bukti atas tuduhan tersebut, tetapi belum menerbitkan bukti.

Sebelumnya, Navalny, yang selamat dari upaya peracunan pada tahun 2020, telah mengalami kondisi penjara yang keras dan menghabiskan waktu lama di sel isolasi.

Sementara itu, Oleg Orlov, seorang aktivis hak asasi manusia di antara mereka yang dibebaskan minggu lalu mengatakan pada Hari Rabu, sudah ada pembicaraan tentang kemungkinan pertukaran lanjutan. Namun, ia tidak mengatakan siapa yang terlibat dalam diskusi tersebut.

Pertukaran tahanan tersebut juga mengakibatkan pembebasan para pembangkang terkemuka Vladimir Kara-Murza dan Ilya Yashin, yang berarti semua lawan Kremlin yang paling menonjol sekarang bermarkas di luar negeri.

Masih belum jelas seberapa efektif mereka dan pihak oposisi Rusia yang suka bertengkar lainnya dapat bekerja sama dan apa yang dapat mereka capai, mengingat kekuasaan penuh Putin.

Navalnaya mengatakan, hal itu akan membutuhkan usaha dan pengorbanan yang sangat besar, tetapi pembebasan para tahanan tersebut memberikan harapan.

"Baru seminggu yang lalu mereka berada di penjara, terkunci di balik pintu besi. Sekarang mereka adalah orang-orang bebas," katanya.

"Suatu hari nanti, hal yang sama akan terjadi pada negara kita," tandas Navalnaya.