JAKARTA - Mantan Presiden AS Donald Trump mengatakan mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny merupakan sosok yang sangat pemberani, namun menilai sebaiknya ia tidak kembali ke negaranya, namun saat yang bersamaan dia tidak menyalahkan siapa pun atas kematiannya yang tiba-tiba.
"Navalny berada dalam situasi yang sangat menyedihkan, dan dia adalah orang yang sangat berani, dia adalah orang yang sangat berani karena dia kembali. Dia bisa saja menjauh," kata Trump saat wawancara dengan Fox News, melansir Reuters 21 Februari.
"Dan sejujurnya, dia mungkin akan lebih baik menjauh dan berbicara dari luar negeri daripada harus kembali ke negaranya, karena orang mengira hal itu bisa terjadi dan ternyata memang terjadi. Dan itu adalah hal yang mengerikan," sambungnya.
Presiden Partai Demokrat Joe Biden dan para pemimpin Barat lainnya menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas kematian Navalny, begitu pula Nikki Haley, yang tertinggal jauh di belakang Trump sebagai satu-satunya pesaingnya yang tersisa untuk nominasi presiden dari Partai Republik.
Kremlin membantah terlibat dalam kematian Navalny, mengatakan klaim Barat yang menilai Presiden Vladimir Putin bertanggung jawab tidak dapat diterima.
Presiden Putin sejauh ini belum memberikan komentar publik mengenai kematian Navalny. Tewasnya Navalny semakin memperdalam perpecahan dalam hubungan antara Moskow dan Barat yang disebabkan oleh perang Ukraina selama hampir dua tahun.
Trump, yang telah menyatakan kekagumannya terhadap Putin selama masa jabatannya di Gedung Putih tahun 2017-2021 dan setelahnya, terus membandingkan dirinya dengan Navalny, menyiratkan bahwa mereka berdua telah menghadapi tuntutan bermotif politik.
"Tetapi hal ini juga terjadi di negara kita," kata Trump.
"Kita berubah menjadi negara komunis dalam banyak hal. Dan jika Anda melihatnya, saya adalah kandidat utama. Saya akan didakwa," tandasnya.
Pada Hari Minggu, Trump menulis dalam unggahan di Truth Social, kematian Navalny di koloni hukuman Arktik pekan lalu telah membuatnya “lebih sadar akan apa yang terjadi” di Amerika Serikat.
Trump tidak menjelaskan lebih lanjut, namun ia telah menolak 91 tuntutan pidana terhadapnya karena bermotif politik, sebuah klaim yang dibantah oleh jaksa penuntut.
Sementara, Presiden Biden pada Hari Selasa mengeluarkan kritik pedas terhadap postingan Truth Social Trump tentang kematian Navalny, mengatakan, "Mengapa Trump selalu menyalahkan Amerika? Putin bertanggung jawab atas kematian Navalny. Mengapa Trump tidak bisa mengatakan itu saja?"
Sebelumnya, ibunda Navalny,Lyudmila Navalnaya menyurati Presiden Vladimir Putin, meminta jenazah putranya dikembaliknya agar dapat dikuburkan. Berbicara dalam video yang direkam di depan penjara, sang ibunda mengungkapkan dirinya tidak tahu di mana jenazah putranya berada, meminta Presiden Putin memberikan perintah untuk memulangkannya.
Sekutu Navalny mengutip penyelidik Rusia yang mengatakan pihak berwenang memerlukan setidaknya 14 hari untuk melakukan berbagai tes kimia pada tubuhnya, oleh karena itu belum dapat menyerahkan jenazahnya.
Yulia Navalnaya, istri mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, mengatakan pada Hari Senin, dia akan melanjutkan perjuangan suaminya untuk kebebasan Rusia, meminta para pendukungnya untuk melawan Presiden Vladimir Putin dengan kemarahan yang lebih besar dari sebelumnya.
"Saya ingin hidup di Rusia yang bebas, saya ingin membangun Rusia yang bebas," ujar Yulia.
BACA JUGA:
"Saya mendorong Anda untuk berdiri di samping saya," katanya.
"Saya meminta Anda untuk berbagi kemarahan dengan saya. Kemarahan, kemarahan, kebencian terhadap mereka yang berani membunuh masa depan kita," serunya.
Badan lembaga pemasyarakatan Rusia pada Hari Jumat mengumumkan Navalny meninggal dalam usia 47 tahun di penjara tempat ia menjalani hukuman. Mereka menyatakan Navalny kehilangan kesadaran setelah berjalan-jalan di Distrik Otonomi Yamalo-Nenets Arktik, tempat penjara tersebut berada.
Yulia menuduh pihak berwenang Rusia menyembunyikan mayat Navalny dan menunggu jejak racun saraf Novichok menghilang dari tubuhnya.