JAKARTA - Amerika Serikat (AS) pada Hari Selasa kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai perang Israel-Hamas, menghalangi usulan gencatan senjata kemanusiaan segera dan mendorong badan beranggotakan 15 negara tersebut untuk menyerukan gencatan senjata sementara terkait dengan pembebasan sandera yang ditahan Hamas.
Tiga belas anggota dewan memberikan suara mendukung rancangan undang-undang yang disusun Aljazair, sementara Inggris abstain. Ini merupakan veto ketiga Amerika terhadap rancangan resolusi sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober. Washington juga menggunakan hak vetonya untuk memblokir amandemen rancangan resolusi pada Bulan Desember.
"Memilih mendukung rancangan resolusi ini merupakan dukungan terhadap hak hidup warga Palestina. Sebaliknya, suara yang menentang rancangan resolusi ini menyiratkan dukungan terhadap kekerasan brutal dan hukuman kolektif yang menimpa mereka," kata Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, kepada dewan sebelum pemungutan suara, melansir Reuters 21 Februari.
Sebelumnya, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield memberi isyarat pada Hari Sabtu, AS akan memveto rancangan resolusi tersebut karena khawatir akan membahayakan perundingan antara AS, Mesir, Israel dan Qatar yang berupaya menengahi jeda perang dan pembebasan sandera oleh Hamas di Jalur Gaza.
"Menuntut gencatan senjata segera dan tanpa syarat tanpa kesepakatan yang mengharuskan Hamas melepaskan sandera, tidak akan menghasilkan perdamaian yang bertahan lama. Sebaliknya, hal itu bisa memperpanjang pertempuran antara Hamas dan Israel," kata Thomas-Greenfield kepada dewan menjelang pemungutan suara.
Resolusi yang dirancang Aljazair yang diveto oleh AS tidak mengaitkan gencatan senjata dengan pembebasan sandera. Mereka secara terpisah menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat.
"Pesan yang diberikan hari ini kepada Israel melalui veto ini adalah, mereka dapat terus lolos dari pembunuhan," kata kritik utusan Palestina untuk PBB Riyad Mansour kepada dewan.
Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan, kata gencatan senjata disebutkan "seolah-olah itu adalah sebuah solusi ajaib, sebuah solusi ajaib untuk semua masalah di kawasan ini."
"Gencatan senjata mencapai satu hal dan hanya satu hal, kelangsungan hidup Hamas," kata Erdan kepada dewan.
"Gencatan senjata adalah hukuman mati bagi lebih banyak warga Israel dan Gaza," tandasnya.
AS sendiri mengusulkan rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata sementara sesegera mungkin dalam perang Israel-Hamas, menentang serangan darat besar-besaran yang dilakukan sekutunya Israel di Rafah. Dikatakan pihaknya berencana memberikan waktu untuk negosiasi dan tidak akan terburu-buru melakukan pemungutan suara.
BACA JUGA:
Hingga saat ini, Washington menolak kata gencatan senjata dalam setiap tindakan PBB terkait perang Israel-Hamas, namun teks yang disampaikan AS mencerminkan bahasa yang Presiden Joe Biden gunakan pekan lalu dalam percakapannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Rancangan resolusi Washington akan membuat Dewan Keamanan “menggarisbawahi dukungannya terhadap gencatan senjata sementara di Gaza sesegera mungkin, berdasarkan formula pembebasan semua sandera, dan seruan untuk menghilangkan semua hambatan terhadap penyediaan bantuan kemanusiaan dalam skala besar.”
Ini adalah kedua kalinya sejak 7 Oktober Washington mengusulkan resolusi Dewan Keamanan mengenai Gaza. Rusia dan Tiongkok memveto upaya pertamanya pada akhir Oktober.