Membuka Bulan dengan Penurunan Harga, Bagaimana Potensi Bitcoin Bulan Agustus?

JAKARTA - Bitcoin (BTC) menutup bulan Juli dengan hasil tidak memuaskan. Berdasarkan data Bitcoin Monthly Returns, pertumbuhan Bitcoin hanya mencapai +3,14 persen, meskipun cukup baik jika dibandingkan bulan sebelumnya yaitu -6,96 persen.

Kendati demikian, bulan Agustus diharapkan bisa menghadirkan harapan baru bagi para investor kripto untuk potensi harga Bitcoin mencapai nilai tertinggi sepanjang masa kembali.

Tapi sayangnya, memulai bulan Agustus harga Bitcoin merosot ke angka sekitar 64.200 dolar AS (Rp1,04 miliar). Menurut trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, penurunan harga ini banyak dipengaruhi oleh sentimen distribusi BTC oleh Mt. Gox dan kondisi geopolitik di Timur Tengah.

“Sentimen negatif ini membuat investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko tinggi seperti kripto, termasuk Bitcoin,” kata Fyqieh dalam keterangan tertulisnya pada Kamis, 1 Agustus. 

Tapi, meskipun memulai bulan Agustus dengan penurunan harga, Fyqieh melihat masih ada potensi besar untuk Bitcoin rebound ke depannya.

Menurutnya, ke depan di bulan Agustus, peristiwa FUD seperti Mt. Gox, pemerintah Jerman, atau penjualan BTC yang disita oleh pemerintah AS sudah berlalu. Dengan demikian, sentimen publik mungkin akan berbalik ke arah positif yang menjadi lebih bullish sampai akhir tahun mendatang.

Di samping itu, sentimen makroekonomi juga diperkirakan akan membaik melihat komentar Ketua The Fed, Jerome Powell, pada konferensi pers FOMC, Rabu, 31 Juli yang mengatakan bahwa para pejabat sedang mempertimbangkan potensi penurunan suku bunga pada bulan September. 

Namun, ia juga mencatat bahwa mereka akan mengevaluasi inflasi dan data ekonomi mendatang sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

“Investor dan trader akan memantau dengan saksama data ekonomi mendatang, karena data tersebut akan memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan Federal Reserve,” jelasnya.

Fyqieh juga menambahkan, “pemangkasan suku bunga pada bulan September dapat berdampak signifikan terhadap biaya pinjaman, strategi investasi, dan momentum ekonomi secara keseluruhan.”