Bagikan:

JAKARTA - Pada pekan ketiga bulan Februari 2024, Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur melihat bahwa Bitcoin hampir tidak bertahan di atas 51.000 dolar AS (Rp794 juta). 

Justru, para pelaku pasar cenderung melihat level harga 50.000 dan 48.000 dolar AS (Rp779-748 juta) sebagai area dukungan potensial berikutnya. Terlebih momen halving yang semakin dekat kurang dari 60 hari. 

Menurut Fyqieh, halving Bitcoin yang diperkirakan terjadi antara 20-22 April 2024 nanti akan semakin menarik perhatian investor dan trader. 

Namun menurutnya, pelaku pasar harus mengetahui bahwa tren Bitcoin halving sejak dimulainya pada tahun 2009 menggarisbawahi tema yang berulang.  

“Memang benar bahwa penurunan harga yang signifikan mendahului setiap halving, sehingga membuka peluang bagi lonjakan pasar berikutnya,” jelas Fyqieh dalam pernyataannya, dikutip Jumat, 23 Februari.

Misalnya, pada tahun 2012, penurunan harga Bitcoin secara dramatis sebesar 50,78 persen terjadi hanya beberapa bulan sebelum halving. Namun, Bitcoin naik ke level baru setelahnya. 

“Pola serupa juga terjadi pada tahun 2016 dan 2020, dengan koreksi sebelum halving masing-masing sebesar 40,37 persen dan penurunan tajam sebesar 63,09 persen, diikuti oleh pemulihan yang kuat pasca halving,” tambah Fyqieh.

Meski ada potensi penurunan, pentingnya kenaikan harga peristiwa halving ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Menurutnya, periode momentum bullish ini berlangsung antara 365 dan 549 hari, mencerminkan dampak besar halving terhadap dinamika pasar.

"Jika pasar bullish yang akan datang mencerminkan lintasan masa lalu, ekspektasi dapat menentukan puncak pasar Bitcoin berikutnya sekitar bulan April atau Oktober 2025," pungkasnya.