JAKARTA - Bitcoin, aset kripto paling populer di dunia, sedang mengalami kenaikan harga yang luar biasa. Dalam beberapa bulan terakhir, harga Bitcoin telah melonjak hampir 50%, mencapai level tertinggi sepanjang masa sebesar 69.044 dolar AS per koin zpada November 2021. Namun, apakah Bitcoin bisa mempertahankan momentumnya dan bahkan melampaui rekor tersebut sebelum halving 2024?
Halving adalah peristiwa yang terjadi setiap empat tahun sekali, di mana jumlah Bitcoin baru yang diciptakan setiap blok berkurang separuhnya. Halving bertujuan untuk mengontrol inflasi dan menjaga kelangkaan Bitcoin. Halving berikutnya dijadwalkan akan terjadi pada 19 April 2024, di mana hadiah blok akan turun dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC.
Menurut perusahaan riset aset digital 10X Research, ada dua alasan utama mengapa Bitcoin berpotensi melampaui rekor tertingginya sebelum halving 2024. Pertama, Bitcoin memiliki pola historis yang menunjukkan kenaikan harga sebelum dan sesudah halving. Kedua, Bitcoin memiliki indikator teknis yang kuat yang menandakan permintaan yang tinggi dan momentum yang positif.
BACA JUGA:
Pola Historis Bitcoin
10X Research menganalisis tiga siklus halving sebelumnya yang terjadi pada 2012, 2016, dan 2020. Mereka menemukan bahwa Bitcoin biasanya mencapai titik terendah dalam 12 hingga 16 bulan sebelum halving, dan kemudian mengalami kenaikan harga sebesar 30% dalam delapan minggu sebelum halving.
Markus Thielen, pendiri 10X Research, memperkirakan bahwa pola yang sama akan terulang pada halving 2024. Ia mengatakan bahwa harga Bitcoin akan meningkat sebesar 32% dalam 60 hari menjelang halving, yang berarti Bitcoin akan mencapai 69.070 dolar AS (Rp1,08 miliar) pada atau sebelum 19 April 2024.
Thielen juga menambahkan bahwa peluang Bitcoin untuk melanjutkan rally setelah halving akan meningkat, mengingat sentimen pasar yang positif terhadap kripto. Ia menunjuk pada minat yang tinggi dari investor tradisional, yang tertarik untuk membeli Bitcoin spot ETF, yaitu produk investasi yang melacak harga Bitcoin secara langsung.
Bitcoin spot ETF pertama kali disetujui oleh SEC, regulator pasar modal AS, pada 11 Januari 2024. Sejak itu, Bitcoin spot ETF telah mengalami arus masuk yang kuat, mencapai total 4,69 miliar dolar AS (Rp73,3 triliun) pada 16 Februari 2024, menurut data dari CoinShares.
Indikator Teknikal Bitcoin
Selain pola historis, 10X Research juga melihat indikator teknis yang mendukung prediksi mereka. Salah satu indikator yang mereka gunakan adalah Relative Strength Index (RSI), yang mengukur kekuatan tren harga Bitcoin.
Minggu lalu, RSI Bitcoin mencapai level di atas 80% dalam grafik 14 hari, yang merupakan sinyal bahwa Bitcoin sedang dalam kondisi overbought, atau terlalu banyak dibeli. Namun, menurut 10X Research, ini bukanlah hal yang buruk, melainkan sebaliknya.
Tim 10X Research menunjukkan bahwa dalam 14 kali Bitcoin mencapai level RSI di atas 80%, 12 kali di antaranya diikuti oleh rata-rata kenaikan harga sebesar 54% dalam 60 hari berikutnya. Ini berarti bahwa Bitcoin masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi, meskipun sudah mencapai level tertinggi sepanjang masa.
Apakah Bitcoin akan benar-benar melampaui rekor tertingginya sebelum halving 2024 masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab. Namun, berdasarkan analisis 10X Research, ada alasan yang kuat untuk optimis. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan seharga 52.326 dolar AS (Rp817,7 juta), naik 1,4% dalam 24 jam terakhir, menurut data dari CoinMarketCap.