Bagikan:

JAKARTA - Tether Holdings Limited, perusahaan di balik stablecoin terbesar di dunia, USDT, baru saja melaporkan laba sebesar 5,2 miliar Dolar AS (sekitar Rp84 triliun) untuk paruh pertama tahun 2024. Angka ini mencatatkan rekor baru bagi Tether, yang juga melaporkan cadangan total sebesar 118,4 miliar Dolar AS (sekitar Rp1,9 kuadriliun), dengan kewajiban mencapai 113,1 miliar Dolar AS (sekitar Rp1,8 kuadriliun). Meskipun hasil laporan ini tampak solid, muncul pertanyaan terkait kepemilikan Bitcoin yang dilaporkan perusahaan.

Dalam laporan kuartalan terbaru yang diaudit oleh firma akuntansi global BDO, Tether mengungkapkan bahwa kepemilikan langsung dan tidak langsung mereka terhadap obligasi Treasury AS meningkat menjadi 97,6 miliar Dolar AS (sekitar Rp1,5 kuadriliun), naik dari 90 miliar Dolar AS (sekitar Rp1,4 kuadriliun) pada kuartal sebelumnya. Angka ini bahkan melampaui kepemilikan Treasury beberapa negara.

Dikutip dari Decrypt, CEO Tether, Paolo Ardoino, dalam rilis resmi menyatakan bahwa laporan ini menegaskan komitmen perusahaan terhadap transparansi, stabilitas, likuiditas, dan manajemen risiko yang bertanggung jawab. Ia juga menambahkan bahwa Tether telah mengeluarkan 8,3 miliar Dolar AS (sekitar Rp134 triliun) dalam bentuk token USDT selama kuartal kedua tahun ini dan melaporkan cadangan berlebih sebesar 5,3 miliar Dolar AS (sekitar Rp86 triliun).

Namun, laporan tersebut juga mengangkat tanda tanya besar terkait kepemilikan Bitcoin Tether. Dalam laporan itu, Tether tercatat memiliki 75.354 Bitcoin pada kuartal kedua 2024, jumlah yang sama seperti yang dilaporkan pada kuartal pertama. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Ardoino di Twitter yang mengatakan bahwa perusahaan kini memegang 80.000 Bitcoin. Perbedaan ini memicu spekulasi tentang kemungkinan kesalahan dalam laporan atau adanya miskomunikasi internal.

Perbedaan antara laporan keuangan dan pernyataan Ardoino ini menarik perhatian para pengamat, terutama setelah diketahui bahwa alamat wallet Bitcoin Tether yang telah diumumkan secara publik hanya menunjukkan kepemilikan sebanyak 75.354 BTC, sesuai dengan laporan Q1 dan tidak berubah sejak Maret. Ardoino belum memberikan tanggapan terkait hal ini.