Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Ajak Umat Islam Jauhi Adu Domba dalam Memori Hari Ini, 13 Februari 2010

JAKARTA – Memori hari ini, 23 tahun yang lalu, 13 Februari 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri acara zikir dan doa nasional di Taman Silang Monumen Nasional (Monas). Acara itu bertajuk: Berdzikir untuk Negeri, Bagi Kemaslahatan Bangsa dan Negara.

Presiden SBY pun mengajak segenap umat Islam untuk mendoakan bangsa Indonesia selamat. Menjaga keberagaman, utamanya. SBY ingin umat Islam dapat menjauhi segala macam tindakan adu domba antar sesama atau agama lain. Keinginan itu di utarakan dengan maksud menjaga persatuan dan kesatuan.

Kiprah SBY sebagai Presiden Indonesia yang berdiri untuk semua golongan tak perlu diragukan. Ia menyadari keberagaman adalah kekuatan Indonesia. Baginya, perbedaan bukan penghambat, tapi kekuatan.

Ia pun kerap pasang badan untuk membela semua golongan. Dari kaum mayoritas hingga minoritas. SBY berusaha hadir untuk sekedar menengahi konflik yang ada. Bahkan, ia tak jarang terjung langsung untuk mendamaikan kepada pihak yang bertikai. Ia tak ingin diskriminasi mengganggu keberagaman bangsa.

Kedekatan SBY dengan semua golongan itu dipuji banyak pihak. Namun, bukan berarti SBY menganaktrikan umat Islam. Kedekatannya dengan Islam tiada dua. Bahkan, hubungan itu telah terjalin jauh sebelum SBY menjadi Presiden Indonesia.

Mantan Presiden SBY kala mengisi acara Dialog Kebangsaan yg diselenggarakan LIPI, di Auditorium LIPI, 15 Agustus 2017. (Twitter/ @Sbyudhoyono)

Ia akrab dengan banyak alim ulama. Kepada mereka SBY kerap sowan sembari minta petunjuk. Pun SBY dapat mendalami Islam dengan berdiskusi banyak hal dengan ulama. Tindak-tanduk itu jadi bukti SBY memiliki kedekatan istimewa dengan dunia Islam.

“SBY juga kerap diundang untuk bicara di tengah para ulama, selain dekat pula dengan Gus Dur, Hasyim Muzadi, atau dengan Syafi'i Ma'arif. Pertemuan-pertemuan itu memperkuat kesan bahwa SBY memang dekat dengan pemimpin Islam dan lembaga-lembaga organisasi Islam. Bahkan, kita semua tahu, kedekatannya dengan kalangan Nahdlatul Ulama (NU) bisa dibaca ketika SBY dipercaya untuk mendampingi Gus Dur sebagai menteri dalam kabinetnya.”

“Tak cuma saat itu saja sebenarnya, sebelumnya pun bukan hal baru bagi SBY. Sebab, pada saat masih akif sebagai militer, ketika menjadi Danrem Yogyakarta, Kasdam Jaya, Pangdam Sriwijaya, atau ketika menjabat sebagai Kassospol dan terakhir Kaster TNI, SBY sudah kerap bersilaturahmi dengan para tokoh agama dan cendekiawan Muslim, sesuai dengan kapasitas dan tugas yang tengah diemban saat itu,” ungkap Arwan Tuti Artha dalam buku Dunia Religius SBY (2009).

Kedekatan SBY dan Islam kerap diperlihatkan di muka umum kala menjadi orang nomor satu Indonesia. Dalam acara zikir dan doa nasional di Monas, misalnya. SBY menyempatkan diri untuk hadir dalam acara bertajuk Berdzikir untuk Negeri, Bagi Kemaslahatan Bangsa dan Negara pada 13 Februari 2010.

Acara yang digelar Majelis Dzikir SBY Nurussalam itu dihadiri oleh sekitar 5 ribu jemaah dari berbagai wilayah Jabodetabek. Para hadirin menyabut acara zikir dengan gegap gempita. Hujan pun tak membuat surut semangat jemaah yang hadir.

Dalam acara itu, SBY menyampaikan pesan kepada umat Islam untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan. Jangan mau diadu domba, katanya. Umat Islam harus mampu muncul sebagai figur yang menjaga keberagaman. Sebab, keberagaman adalah ciri khas Indonesia.

"Kita adalah bangsa Indonesia. Apapun agamanya, apapun sukunya, apapun etnisnya, apapun asal daerahnya, dan perbedaan-perbedaan yang lain, kita adalah bersatu. Kita mesti bersatu, sebagai bangsa, sebagai hamba Tuhan," terang Susilo Bambang Yudhoyono sebagaimana dikutip laman Sekretariat Negara, 13 Februari 2010.