Soal Pemulihan Kesepakatan Nuklir 2015, Presiden Iran: Tidak Ada Jaminan AS, Tidak Ada Kepercayaan

JAKARTA - Teheran akan serius menghidupkan kembali kesepakatan tentang program nuklirnya, jika ada jaminan Amerika Serikat tidak akan meninggalkannya lagi, kata Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam sebuah wawancara yang disiarkan Hari Minggu.

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Teheran membutuhkan jaminan yang lebih kuat dari Washington, untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 dan mendesak pengawas atom PBB untuk menghentikan "penyelidikan bermotif politik" dari pekerjaan nuklir Teheran.

Berbicara kepada acara CBS 60 Minutes dalam sebuah wawancara yang dilakukan Selasa lalu, Presiden Raisi berkata, "Jika ini adalah kesepakatan yang baik dan adil, kami akan serius untuk mencapai kesepakatan," seperti melansir Reuters 19 September.

Dalam sambutannya jelang menghadiri Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York minggu ini, Presiden Raisi menambahkan, "Itu harus langgeng. Perlu ada jaminan. Jika ada jaminan, maka Amerika tidak bisa menarik diri dari kesepakatan itu."

Dikatakannya, Amerika Serikat telah melanggar janji mereka pada kesepakatan, di mana Teheran telah menahan program nuklirnya dengan imbalan bantuan dari sanksi ekonomi AS, Uni Eropa dan PBB.

"Mereka melakukannya secara sepihak. Mereka mengatakan bahwa, 'Saya keluar dari kesepakatan.' Sekarang membuat janji menjadi tidak berarti," sebut Presiden Raisi.

"Kami tidak bisa mempercayai orang Amerika, karena perilaku yang telah kami lihat dari mereka. Itu sebabnya jika tidak ada jaminan, tidak ada kepercayaan," tegasnya.

Jaringan AS menggambarkan wawancara dengan jurnalis Lesley Stahl sebagai yang pertama Raisi dengan seorang reporter Barat.

Selama berbulan-bulan pembicaraan tidak langsung dengan Washington di Wina, Austria, Teheran menuntut jaminan AS, tidak ada Presiden AS di masa depan yang akan meninggalkan kesepakatan, seperti yang dilakukan mantan Presiden Donald Trump pada 2018.

Sebelumnya, pemulihan Kesepakatan Nuklir 2015 menemui jalan terang pada Maret lalu.

Tetapi, pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington kemudian terhenti karena beberapa masalah, termasuk desakan Teheran agar Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menutup penyelidikannya, terhadap jejak uranium yang ditemukan di tiga lokasi yang tidak diumumkan sebelum pakta itu dihidupkan kembali.

Belum ada tanda-tanda Teheran dan Washington akan berhasil mengatasi kebuntuan mereka, tetapi Iran diperkirakan akan menggunakan Majelis Umum PBB untuk menjaga bola diplomatik tetap bergulir, dengan mengulangi kesediaannya untuk mencapai kesepakatan yang berkelanjutan.

Namun, Presiden Joe Biden tidak dapat memberikan jaminan kuat yang dicari Iran, karena kesepakatan itu adalah pemahaman politik daripada perjanjian yang mengikat secara hukum.