Komisi Sekuritas dan Bursa AS Bekukan Akun Steven Gallagher yang Diduga Gunakan Twitter untuk Penipuan Saham
Banyak usaha penipuan saham kini gunakan akun Twitter. (foto: dok. unsplash)

Bagikan:

JAKARTA— Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) mengatakan pada Selasa, 26 Oktober bahwa pihaknya memperoleh perintah dan pembekuan aset terhadap di balik akun Twitter seorang pria populer yang mempromosikan perdagangan saham penny sebelum menjualnya dengan harga yang meningkat.

SEC menuduh bahwa setidaknya sejak Desember 2019, Steven Gallagher (50), dari Maumee, Ohio, memanipulasi saham dengan mengirim ribuan tweet menggunakan akun @AlexDelarge6553 untuk mendorong banyak pengikutnya membeli saham di mana Gallagher secara diam-diam mengumpulkan kepemilikan.

"Pengaduan menuduh bahwa Gallagher menggunakan pengikutnya untuk keuntungan finansialnya sendiri, men-tweet saran palsu untuk menaikkan harga saham yang dimilikinya, sehingga dia bisa menjual untuk mendapatkan keuntungan," kata Richard Best, direktur Kantor Regional SEC New York.

"Kasus ini adalah pengingat bahwa investor harus berhati-hati dalam mengambil nasihat keuangan dari sumber yang tidak terverifikasi di Twitter dan platform media sosial lainnya," ujar Best, seperti dikutip Reuters.

SEC mengatakan telah memberlakukan perintah permanen, pencabutan, bunga praduga, hukuman perdata dan pembekuan aset Gallagher. Perwakilan Gallagher tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar tentang kasus ini.

Departemen Kehakiman AS juga mengatakan dalam tuduhan terkait, bahwa Gallagher telah ditangkap karena pelanggaran tambahan, termasuk penipuan kawat dan manipulasi pasar, setelah ia memperoleh lebih dari 70.000 pengikut terkait dengan skema pump-and-dump yang sama. Tuduhan itu juga menyebutkan bahwa Gallagher memperoleh keuntungan lebih dari 1 juta dolar AS (Rp14,1 miliar).

Tuduhan SEC muncul setelah agensi tersebut pada Februari menangguhkan perdagangan sekuritas dari 15 perusahaan karena "perdagangan yang dipertanyakan dan aktivitas media sosial."

Pengawas pasar teratas juga telah mendorong untuk mengatasi minat yang melonjak oleh investor ritel yang didorong oleh platform media sosial, terutama pada lonjakan Januari dan penurunan harga saham GameStop Corp berikutnya.