Bagikan:

JAKARTA - Pejabat di China meminta raksasa teknologi Apple untuk menghapus dua aplikasi Al-Qur'an dan Alkitab paling populer. Aplikasi tersebut meliputi Bible App by Olive Tree dan Quran Majeed.

Menurut data Sensor Tower, kedua aplikasi itu telah memiliki ratusan ribu peringkat di App Store dan diunduh lebih dari 100.000 pengguna setiap bulannya. Quran Majeed sendiri memiliki hampir 150.000 ulasan.

Meski demikian, keputusan Apple ini bukan tanpa alasan. Perusahaan yang berbasis di Cupertino, Amerika Serikat (AS) ini diminta sendiri oleh pejabat China dengan alasan, bahwa kedua aplikasi diduga menampung teks-teks keagamaan yang ilegal.

Laporan atas penghapusan aplikasi tersebut semula diketahui oleh Apple Censorship, sebuah situs web yang memantau aplikasi di App Store Apple secara global. Bible App by Olive Tree dan Quran Majeed dihapus dari App Store China antara 28 September dan 8 Oktober lalu.

"Kami diharuskan mematuhi undang-undang setempat, dan terkadang ada masalah kompleks yang mungkin tidak kami setujui dengan pemerintah," ungkap Apple sebagaimana dikutip dari BBC Internasional, Jumat, 15 Oktober.

Namun, baik Apple maupun pejabat China tidak menjelaskan secara rinci, aturan apa yang menguatkan kedua aplikasi dilanggar di negara tersebut.

Melansir situs Reclaimthenet, Apple merupakan salah satu dari sedikit raksasa teknologi AS yang masih diizinkan beroperasi di China dan mengakses pasarnya secara luas. Oleh karena itu, China menyumbang 14 persen pangsa pasar Apple dari 970 juta pengguna smartphone, itu artinya sekitar 136 juta pengguna iPhone berada di China. Selain itu, rantai pasokan perusahaan juga sangat bergantung pada manufaktur China.

Tetapi bisnis Apple di China tidak selalu menemukan jalan yang mulus. Belum lama ini, China menuduh Apple melakukan pengawasan dan penindasan Partai Komunis China (PKC). Dengan lengsernya aplikasi Al-Qur'an dan Alkitab ini adalah salah satu dari banyak contoh aplikasi penyensoran Apple di China.

Partai Komunis China sebenarnya secara resmi mengakui Islam sebagai agama di negara tersebut. Namun, China telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, dan bahkan genosida, terhadap kelompok etnis Uyghur yang sebagian besar Muslim di Xinjiang.

Sebagai informasi, Apple bukan satu-satunya perusahaan AS yang mengalami hal ini. Kemarin, LinkedIn juga mengumumkan telah menarik aplikasinya dari negara tersebut. Google yang juga memutuskan untuk menutup operasinya pada 2010, setelah pemerintah China mulai menyensor hasil pencarian dan video di YouTube. Sementara, Twitter dan Facebook telah diblokir selama lebih dari satu dekade di Negara Tirai Bambu itu.