JAKARTA - Jutaan tahun lalu, makhluk purba seperti dinosaurus mendadak punah dari planet Bumi. Hantaman asteroid raksasa berukuran 81 kilometer (50 mil), diyakini sebagai salah satu penyebab musnahnya dinosaurus dari muka Bumi.
Peristiwa tersebut diduga memicu gelombang kepunahan massal, yang memusnahkan 75 persen habitat dan kehidupan yang ada di permukaan Bumi. Fakta itu diperkuat dengan kawah raksasa dekat Chicxulub, sekitar lepas pantai Meksiko.
Seperti dirangkum dari The Guardian, Selasa, 30 Juni, banyak pendapat lain yang menjelaskan penyebab kepunahan dinosaurus dari muka Bumi. Beberapa di antaranya berpandangan mengenai perubahan iklim yang ekstrem dan letusan gunung berapi.
"Ketika kami membuat skenario berbeda baik untuk dua hal yang terjadi bersama-sama, atau benar-benar terpisah, kami melihat asteroid adalah satu-satunya [peristiwa] yang dapat sepenuhnya memusnahkan dinosaurus," kata Dr Alfio Alessandro Chiarenza, peneliti dari University College London.
BACA JUGA:
Kendati pendapat itu masih mungkin disangkal, para ahli geologi setelah berhasil mengekstraksi sampel inti dari kawah raksasa Chicxulub di kedalaman 500 hingga 1.300 meter. Di mana mereka menemukan batuan yang meleleh, arang, sebagai bukti jika ada asteroid raksasa yang menghantam Bumi.
Namun mereka tidak menemukan adanya belerang yang di dalam inti Bumi yang seharusnya menjadi penanda khas dari letusan gunung berapi. Para peneliti juga tidak menemukan fakta hantaman asteroid menyebabkan pengurangan pancaran sinar matahari.
"Kami menunjukkan bahwa hanya dampak asteroid, terutama dengan konsekuensinya yang berkepanjangan, adalah pendorong nyata kepunahan," lanjutnya.
Dalam insiden itu, asteroid dikatakan mampu memicu tsunami yang menjulang beberapa ratus meter, melontarkan batu dan debu dengan kecepatan luar biasa --material diendapkan sedalam sekitar 130 meter hanya dalam waktu satu hari usai tabrakan.
Menurut perhitungan para peneliti, sekitar 325 miliar metrik ton sulfur telah diudarakan karena dampak terkait. Kandungan sulfur ini empat kali lebih tinggi ketimbang yang dikeluarkan selama letusan Gunung Krakatau pada 1883, yang mendinginkan seluruh dunia selama lima tahun setelahnya.
"Bahkan jika letusan gunung berapi tidak terjadi, kepunahan akan terjadi dalam kasus apa pun karena peristiwa (dampak) itu cukup parah untuk membasmi habitat dinosaurus di seluruh dunia," imbuhnya.
Chiarenza meyakini, bila aktivitas vulkanik dan hantaman asteroid memainkan peran yang berbeda dalam kepunahan tiga perempat spesies tumbuhan dan hewan di Bumi pada 66 juta tahun lalu. Di mana peristiwa itu menandai akhir periode Cretaceous dan musnahnya dinosaurus non-unggas.
Setelah mengalami bencana besar, populasi dinosaurus sudah benar-benar sedikit dan di ambang kepunahan. Untuk dapat pulih dan bangkit merupakan hal yang sulit dilakukan karena dinosaurus merupakan hewan yang tidak pandai beradaptasi.
Telur dinosaurus yang tersisa setelah bencana memerlukan waktu yang lama untuk menetas dan berkembang menjadi seekor dinosaurus dewasa. Lamanya proses inkubasi inilah yang menyebabkan dinosaurus rentan terhadap ancaman predator.
"Dalam satu hari, dalam sekejap mata geologis, semuanya berakhir bagi mereka (dinosaurus)," kata Chiarenza.