Bagikan:

JAKARTA - Twitter semakin serius dalam mengawasi konten yang bersifat disinformasi maupun misinformasi. Dan untuk kesekian kalinya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendapat peringatan serta label dari Twitter terkait postingannya yang dianggap menyampaikan informasi yang salah. 

Dikutip dari Washington Post, Twitter melabeli dua posting Trump yang sedang mempersoalkan tentang surat suara palsu dan potensi kecurangan pemilu. Terlebih setelah Gubernur California, Gavin Newsom yang mengumumkan upaya untuk memperbanyak voting di wilayahnya selama pandemi COVID-19.

"Twitter sekarang mencampuri urusan Pemilu Presiden 2020. Mereka mengatakan pernyataan saya soal surat suara yang mengarah pada korupsi besar-besaran dan kecurangan, tidak benar menurut cek fakta berita palsu CNN dan Amazon Washington Post," kata Trump dalam kicauannya, Rabu, 27 Mei.

Sejatinya, label pengujian fakta 'Fact Check' Twitter telah diujicobakan sejak masa pandemi COVID-19. Twitter juga telah bekerjasama dengan sejumlah lembaga pencari fakta dan media-media untuk menangani unggahan yang berpotensi misinformasi. 

Menurut juru bicara Twitter, kicauan-kicauan yang berpotensi menyesatkan memang akan dilabeli. Tak terkecuali Donald Trump yang cukup rajin men-tweet, kegiatannya.  

"Ketika pengguna melihat tweet dari Trump, tautan dari Twitter dilampirkan pada mereka yang menginginkan fakta dan informasi terkait surat suara. Twitter juga akan mengkurasi kumpulan tweet dan artikel berita terkait," kata Twitter.

Sebelum Trump, Twitter juga sempat melabeli kicauan milik Presiden Brazil Jair Bolsonaro dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Alasannya, kicauan keduanya terlalu menggembar-gemborkan soal anjuran untuk tidak melakukan physical distancing dan obat palsu terkait COVID-19.

Selain Twitter, fitur 'fact check' juga diaktifkan oleh Facebook, Google dan YouTube. Fitur ini juga memungkinkan media sosial untuk filter misinformasi dan teori konspirasi yang belakangan sering termakan oleh warganet.