Twitter Sembunyikan Kicauan Trump yang Panaskan Protes Kematian George Floyd
Presiden AS Donald Trump (Twitter/@whitehouse)

Bagikan:

JAKARTA - Kicauan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait aksi protes di Minneapolis, Amerika Serikat, memanaskan situasi. Lewat Twitter, Trump mengancam massa yang berdemo menuntut keadilan atas kematian pria kulit hitam, George Floyd di tangan polisi Minneapolis.

"Berandal-berandal ini tidak menghormati peringatan George Floyd. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Baru saja berbicara dengan Gubernur Tim Walz dan mengatakan kepadanya bahwa militer mendukungnya setiap saat. Setiap kesulitan dan kita akan mengambil kendali. Tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Terima kasih!"

Twitter pun menandai pesan tersebut dengan label pelanggaran aturan platform. Seperti dikutip oleh The New York Times, Twitter menyembunyikan kicauan Trump. Twitter juga memblokir interaksi pengguna dengan kicauan Trump, baik likes, retweet, atau interaksi lainnya.

"Keputusan tersebut diambil berdasarkan konteks historis yang ada hubungannya dengan kekerasan, serta risiko yang dapat menginspirasi tindakan serupa hari ini," isi keputusan Twitter.

Meski begitu, Twitter enggan menghapus kicauan dari orang nomor satu di AS. Empunya platform mengungkap langkah yang diambilnya demi kepentingan publik. Karenanya, kicauan itu masih dapat diakses oleh khalayak.

Mencegah kekerasan

Twitter menyoroti salah satu kalimat Trump yang berbunyi: Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Nada ancaman itu sebelumnya diserukan oleh mantan kepala kepolisian Miami, Walter Headley dalam kerusuhan selama konvensi nasional Partai Republik (Nixon), Desember 1967.

Pada saat itu, Headley dengan bangganya mengumumkan kebijakan baru untuk menjaga ketertiban lingkungan penduduk kulit hitam AS yang memancing amarah pengunjuk rasa.

Tambah panas lagi, dirinya kemudian mengancam untuk menggunakan senapan, anjing, dan taktik agresif dalam upaya mengurangi kejahatan. "Kami tidak keberatan dituduh melakukan kebrutalan polisi," kata Headley.

Twitter tak ingin kejadian yang sama terulang. Di samping itu, Twitter memang punya 'hubungan' khusus dengan Trump. Sehari sebelumnya, Twitter telah memancing amarah Trump dengan memberikan label pemeriksaan fakta untuk pertama kalinya terhadap dua kicauan Trump.

Trump marah. Tak lama kemudian, dirinya menandatangani perintah yang berupaya membatasi perlindungan hukum untuk perusahaan media sosial.