Bagikan:

JAKARTA - Para pemain liga sepak bola Amerika (MLS) dan liga baseball Amerika (MLB) terus menunjukkan dukungannya kepada gerakan Black Lives Matter dengan cara berlutut selama lagu Star Splanged-Banner berkumandang. Namun, lagi-lagi, Presiden Donald Trump mengkritik aksi itu.

Seperti di Liga Premier, pemain, pelatih dan staf ofisial di MLS melakukan aksi berlutut sebelum dimulainya setiap pertandingan di MLS.

"Menantikan untuk menyaksikan pertandingan langsung olahraga, tetapi setiap kali saya menyaksikan seorang pemain berlutut selama lagu kebangsaan dinyanyikan, sebuah tanda rasa tidak hormat yang besar untuk negara dan bendera kita, pertandingan sudah berakhir bagi saya!" tulis Trump dalam akun Twitter-nya yang dilansir Antara, Rabu, 22 Juli.

Aksi protes berlutut itu bermula dari seorang atlet NFL Colin Kaepernick pada 2016. Para pemain lain lantas mengikutinya sambil menaikkan kepalan tangan mereka untuk memprotes ketidaksetaraan rasial yang pertama kali dilakukan oleh atlet Amerika John Carlos dan Tommie Smith dalam Olimpiade Meksiko 1968.

Kaepernick dikecam keras oleh Trump dan dewan direksi U.S Soccer mengeluarkan undang-undang pada tahun 2017 yang mewajibkan pemainnya untuk 'membela' The Star-Spangled Banner sebelum pertandingan.

Namun, mengingat ada fokus baru pada isu-isu yang diprotes Kaepernick setelah kematian pria kulit hitam George Floyd bulan lalu, tim sepak bola wanita AS menyerukan agar larangan itu dihapus.

Pertengahan Juni kemarin, U.S Soccer merevisi hukum itu dan meminta maaf kepada para pemainnya karena telah meloloskan peraturan tersebut. Mereka mengaku keliru telah melarang Megan Rapinoe melakukan aksi bertekuk lutut.

Empat tahun lalu, Rapinoe berlutut sebelum pertandingan tim putri melawan Thailand. Saat itu ia mengikuti Kaepernick yang melakukannya sebagai bentuk protes akan kebrutalan polisi dan ketidakadilan rasial.

Keputusan U.S Soccer ini datang setelah komisaris NFL Roger Goodell mengakui bahwa liga juga salah karena tidak mendengarkan para pemainnya ketika mereka memprotes secara damai.

Awal bulan ini, Thierry Henry mengirim pesan dukungan yang kuat untuk gerakan Black Lives Matter dengan berlutut selama delapan menit dan 46 detik, jumlah waktu yang sama saat petugas kepolisian Minneapolis Derek Chauvin menaruh lututnya di leher George Floyd.

George Floyd meninggal dunia akibat tindakan Chauvin tersebut dan kematiannya memicu aksi protes atas di seluruh dunia.