Bagikan:

JAKARTA - Kepolisian Nasional Belanda dan Europol, baru-baru ini  menyita server dan domain web yang digunakan oleh DoubleVPN. Menurut sumber Europol, perusahaan yang berbasis di Rusia itu diduga menyediakan infrastruktur operasi yang aman untuk para penjahat dunia maya.

Upaya pencopotan tersebut dikoordinasikan oleh European Cybercrime Center Europol dengan bantuan dari Eurojust, sebuah badan Uni Eropa. Operasi itu juga dilakukan dengan bantuan dari pihak berwenang di AS, Kanada, Jerman, Italia, Inggris, Swedia, Bulgaria, dan Swiss.

"Server disita di seluruh dunia di mana DoubleVPN telah menghosting konten, dan domain web diganti dengan halaman pembuka penegakan hukum. Penghapusan terkoordinasi ini dilakukan dalam kerangka Platform Multidisiplin Eropa Melawan Ancaman Pidana," kata Europol.

Europol, badan koordinasi polisi di Eropa, dan departemen penegakan hukum lain yang berpartisipasi tidak melaporkan penangkapan apa pun yang dilakukan sehubungan dengan pencopotan DoubleVPN. Lokasi server yang disita juga tidak dipublikasikan.

"Investigasi kriminal ini menyangkut pelaku yang berpikir mereka dapat tetap anonim sambil memfasilitasi operasi kejahatan dunia maya skala besar," kata Jaksa Penuntut Umum Belanda, Wieteke Koorn. 

"Dengan mengambil tindakan hukum, termasuk kekuatan investigasi khusus untuk intrusi digital, kami ingin memperjelas bahwa tidak ada tempat berlindung yang aman bagi penjahat semacam ini," tambahnya.

Perusahaan Rusia itu diduga mencoba beroperasi di kedua sisi garis yang memisahkan aktivitas kriminal dan hukum. Deskripsi cache yang diposting perusahaan di situsnya sebelum dihapus mengiklankan DoubleVPN sebagai "layanan VPN yang dapat Anda percayai. Kami membantu Anda menyembunyikan alamat IP asli Anda dan mengenkripsi lalu lintas internet Anda."

Europol mencatat, bahwa perusahaan ini juga memasarkan dirinya sendiri di darknet, dan menawarkan layanan serupa untuk kelompok ancaman.

"DoubleVPN banyak diiklankan di forum kejahatan dunia maya bawah tanah berbahasa Rusia dan Inggris sebagai sarana untuk menutupi lokasi dan identitas operator ransomware dan penipu phishing," kata Europol. 

"Layanan ini diklaim menyediakan anonimitas tingkat tinggi dengan menawarkan koneksi VPN tunggal, ganda, tiga kali lipat, dan bahkan empat kali lipat kepada kliennya," ungkap sumber Europol.

Europol mengatakan DoubleVPN mengenakan biaya hanya 25 dolar AS (363 ribu rupiah) untuk koneksi VPN dan menuduh bahwa hal itu digunakan untuk membahayakan jaringan di seluruh dunia.

Setelah adanya lusinan entitas yang terkena ransomware dalam beberapa bulan terakhir, termasuk, Colonial Pipeline Co.,  maka memerangi serangan ransomware telah menjadi prioritas utama bagi pemerintahan Presiden Joe Biden.

Badan-badan federal menyalahkan kelompok yang berbasis di Rusia atas serangan Colonial Pipeline, yang menyebabkan perusahaan itu untuk sementara menutup pipa sepanjang 5.500 mil yang melayani sebagian besar Pantai Timur dan menyediakan 45% bahan bakar di kawasan itu.

Pada pertemuan puncak 16 Juni di Jenewa, Biden menyerukan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk secara aktif mengejar kelompok-kelompok ancaman yang berbasis di negaranya. Namun Putin membantah serangan apa pun yang berasal dari negaranya dan sebaliknya mengatakan sebagian besar berasal dari AS dan Amerika Selatan.