Bagikan:

JAKARTA – Perusahaan raksasa teknologi asal China, Huawei tidak henti-hentinya ditekan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) meskipun sudah berganti presiden. Pada masa akhir kepemimpinan Trump, Huawei telah dimasukkan ke dalam black list karena dituding mengancam keamanan nasional.

Akibatnya Huawei tidak bisa memasuki lingkungan bisnis global. Ketika tampuk kekuasaan berganti ke Joe Biden, Huawei merasa optimis akan masa depannya. Faktanya, Biden malah mengikuti langkah presiden AS sebelumnya.

Oleh sebab itu, Huawei memutuskan untuk mengubah haluan bisnisnya dari produsen perangkat keras (hardware) ke produsen perangkat lunak (software). Informasi ini diungkapkan oleh bos Huawei Ren Zhengfei kepada para karyawan.

Dalam sebuah memo, Ren akan memfokuskan karyawannya untuk menggeluti bisnis perangkat lunak. Selain itu, dia juga mengharapkan agar mereka dapat menjalankan bisnis baru tersebut dengan mandiri.

Hukuman dari pemerintah AS membuat Huawei memikirkan ulang strategi bisnisnya dari berbagai sisi. Sanksi tersebut menjadi momen penting bagi Huawei dalam memasuki bisnis barunya.

“Huawei harus menggunakan software sebagai alat, tidak hanya untuk memperkuat posisinya di dalam negeri tapi juga untuk memperluas wilayah bisnisnya secara efektif, di tengah tantangan dari Amerika,” kata Ren Zhengfei sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa 25 Mei.

Dia juga menambahkan bahwa jika di masa depan AS tidak memperbolehkan Huawei masuk ke AS maka mereka tidak akan memperbolehkan negeri Paman Sam itu untuk masuk ke China.

“Saat nanti kita mendominasi Eripa, Asia Pasifik dan Afrika, jika standar AS tidak sesuai dengan kita, dan kita tidak bisa masuk AS, maka AS tidak akan bisa masuk ke wilayah kita,” sambung bos Huawei.

Huawei telah berhasil membuat sistem operasi bernama HarmonyOS yang berbasis  Open Source. Sistem operasi ini digadang-gadang mampu mengoperasikan berbagai perangkat seperti smartphone, televisi, smartwatch dan berbagai perangkat Internet of Things (IoT) lainnya.