Google Buat Kamera Ponsel Jadi Alat Dermatologis, Bisa Identifikasi Kelainan Kulit!
Ilustrasi aplikasi kesehatan Google (NewsTesla)

Bagikan:

JAKARTA - Google I/O 2021, memamerkan beberapa teknologi anyar. Beberapa di antaranya sudah siap diluncurkan ke publik dan lainnya yang masih berupa konsep sehingga membutuhkan waktu pengembangan. .

Raksasa teknologi ini memperkenalkan aplikasi kesehatan baru yang bakal membantu pengguna mengidentifikasi kelainan pada kulit, rambut, hingga kuku. Aplikasi tersebut dikembangkan menggunakan teknologi Kecerdasan Buatan dan bisa dipasangkan pada kamera smartphone.

“Dua juta manusia di seluruh dunia menderita kelainan kulit. Aplikasi dermatologi yang ditenagai AI milik kami bakal membantu Anda untuk lebih memahami kondisi kulit,” tulis Google Health lewat akun Twitter resmi, Rabu, 19 Mei.

Saat ini, aplikasi kesehatan anyar ini belum tersedia pada ponsel Android. Namun, berdasarkan rilis yang dibagikan, Google mengungkapkan bahwa alat pendukung dermatologi ini merupakan aplikasi berbasis website.

“Kami harap akan meluncurkannya sebagai pilot project tahun ini, untuk memudahkan Anda mengidentifikasi permasalahan pada kulit,” tulis Google seperti dikutip dari Mashable.

Cara Kerja Aplikasi Dermatologi Milik Google

Semudah Anda membaca penjelasan pada artikel ini, semudah itu pula aplikasi anyar tersebut dipakai. Aplikasi ini hanya akan meminta Anda untuk memotret tiga buah foto. Boleh foto kulit, kuku, atau rambut. Tergantung bagian apa yang menurut Anda sedang mengalami masalah.

Foto tersebut harus diambil dari berbagai sudut. Kemudian, aplikasi akan memberi pertanyaan pada Anda. Seputar berapa lama gejala tersebut sudah dirasakan, tipe kulit milik pengguna, serta gejala-gejala lain yang mungkin dihadapi.

Nah, berdasarkan jawaban yang dikirimkan pengguna, Kecerdasan Buatan bakal mencoba mencari data yang sesuai dari 288 jenis kondisi kulit yang dimiliknya. Sehingga, Kecerdasan Buatan bisa menjelaskan kemungkinan kelainan yang sedang Anda hadapi.

Selain foto dan jawaban pengguna, aplikasi juga mempertimbangkan banyak faktor. Termasuk di antaranya jenis kelamin, ras, jenis kulit, serta usia. Data-data tersebut dibutuhkan agar aplikasi bisa memberikan jawaban spesifik dan sesuai dengan kondisi.

Google menjelaskan sudah menyesuaikan model aplikasi untuk selalu mengidentifikasi berdasarkan data yang sejumlah 65.000 gambar dan kasus diagnosa kelainan kulit.

“Jutaan gambar kelainan kulit serta ribuan contoh dari kulit yang sehat –semua itu berasal dari demografi yang berbeda,” terang Google.

Saat ini, aplikasi tersebut sudah mendapat validasi klinis dari Uni Eropa dan diberi label sebagai “Alat Kesehatan Kelas I’. Sayangnya, di negara asalnya, Amerika Serikat, aplikasi ini malah belum mendapatkan hasil evaluasi dari FDA terkait keamanan dan tingkat keberhasilannya.

Oleh karena itu, masih belum pasti pula kapan perusahaan bakal meluncurkan aplikasi ini secara global.