Bagikan:

YOGYAKARTA – Banyak hal yang perlu diubah ketika masa kehamilan. Termasuk bahan skincare yang mulanya dipakai, harus disesuaikan demi keamanan janin dalam kandungan. Untuk produk skincare yang mengandung retinol sebaiknya perlu dihindari saat hamil.

Retinol diformulasikan dalam skincare untuk banyak fungsi. Mulai dari anti penuaan hingga mengatasi masalah kulit, yaitu jerawat. Namun bagi ibu hamil, perlu menghindari skincare yang mengandung retinol.

Retinol termasuk dalam kelompok kimia yang dikenal sebagai retinoid. Retinoid dan retinol adalah bahan kimia yagn berasal dari vitamin A, jelas dermatologis bersertifikat, Rachel Nazarian, MD. Biasanya beberapa serum, gel, dan krim perawatan kulit memakai bahan kimia ini. Skincare dengan retinol atau retinoid, bisa menyebabkan kulit kering, kemerahan, dan pengelupasan. Kulit harus beradaptasi saat pertama kali memakainya. Memakai skincare dengan retinol, juga haris disertai memakai tabir surya. Karena retinol membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.

retinol tidak boleh untuk ibu hamil
Ilustrasi alasan retinol tidak boleh untuk ibu hamil (Freepik/The Yuri Arcurs Collection)

“Meskipun belum ada bukti yang menunjukkan bahwa turunan vitamin A topikal seperti retinol menyebabkan cacat lahir, kami sangat berhati-hati dengan topikal ini dan menyarankan untuk menghindarinya selama kehamilan dan menyusui. Kami tahu bahwa bahan-bahan yang dioleskan ke kulit berpotensi diserap ke dalam aliran darah dan diteruskan ke bayi melalui plasenta,” jelas Blair Murphy-Rose, MD, FAAD, dokter kulit bersertifikat dilansir Parents, Selasa, 10 September.

Penelitian mengkonfirmasi bahwa retinol bisa transfer dari orang tua ke bayi melalui plasenta, dan 60 kali lebih banyak saat menyusui. American Academy of Dermatology Association secara khusus menyebutkan retinoid dalam daftar bahan-bahan yang tidak aman selama kehamilan dan harus segera dihentikan. Pasalnya, risiko terlampau besar. Kemugnkinan retinol selama kehamilan memicu kondisi yang disebut fetal retinoid syndrome, adalah pola cacat lahir fisik dan mental terkait dengan retinol. Jenis kelainan dan tingkat keparahannya bervariasi, tetapi cenderung memengaruhi pertumbuhan prenatal dan postnatal, beserta beberapa sistem pada janin.

"Diperkirakan ada risiko 18% hingga 28% terjadinya cacat perkembangan pada embrio atau janin. Kelainan yang paling umum [yang terjadi] adalah malformasi kraniofasial, jantung, sistem saraf pusat, dan timus," kata Dr. Murphy-Rose.

Beberapa bayi menunjukkan kelainan pada struktur wajah saat skincare mengandung retinoid digunakan selama kehamilan. Termasuk telinga kecil dan rendah, tidak memiliki telinga, kelainan bentuk telinga bagian dalam, mata berjarak lebar, kekurangan perkembangan bagian tengah wajah, sumbing langit-langit atau bibir, kelumpuhan saraf wajah, dan kelainan bentuk jantung. Penggunaan retinoid saat hamil, juga membuat bayi berisiko mengalami kelainan kardiovaskular.

Karena skincare mengandung retinol tidak boleh untuk ibu hamil, sebagai alternatif bisa memakai skincare dengan asam kojic, asam azelaic, dan asam glikolat, jelas dokter Nazarian. Skincare mengandung vitamin C juga boleh dipakai, meskipun tidak mencegah jerawat seperti retinol. Saran Murphy-Rose, carilah produk yang mengandung asam L-askorbat berkualitas tinggi untuk hasil terbaik.

Niacinamide juga boleh, karena berasal dari vitamin B3 yang membantu memperbaiki jerawat, menenangkan kulit, dan melindungi kerusakan akibat sinar matahari. Selain itu, skincare dengan asam hialuronat dan ceramide boleh dipakai selama kehamilan, kata Nazarian.