Menghindari Iritasi Kulit Wajah, Ini 5 Bahan <i>Skincare</i> yang Boleh Dicampur
Ilustrasi bahan skincare yang boleh dicampur (Pexels/Antoni Shkraba)

Bagikan:

JAKARTA – Perawatan wajah dengan menggunakan variasi produk, perlu mempertimbangkan komposisinya. Pasalnya, tidak setiap komposisi dalam satu skincare bisa disatukan dengan produk skincare lain dan dipakai secara berurutan. Iritasi kulit menjadi efek yang melatarbelakangi rangkaian produk dalam rutinitas perawatan kulit.

Menurut dokter Shari Marchbein, dokter kulit bersertifikat di New York City, dilansir InStyle, Senin, 7 Februari, mencampur bahan-bahan tanpa pengetahuan yang tepat tentang bagaimana bahan-bahan ini bekerja memengaruhi efektivitas kerja bahan dan waktu. Belum lagi efek yang tidak diinginkan, yaitu membuat kulit iritasi.

Untuk menghindari pengelupasan kulit, iritasi, kulit kering, berikut anjuran ahli mengenai bahan yang boleh dan tidak untuk dicampur dalam satu urutan pemakaian skincare.

1. Retinol

Retinol dikenal juga dengan vitamin A yang membantu mendorong pergantian sel kulit, yang dapat membantu memperbaiki munculnya garis-garis halus, keritan, tekstur kulit tidak merata, bintik hitam, dan jerawatan. Dokter kulit bersertifikat dan CEO Curology, David Lortscher mengakan bahwa retinol memang merupakan bahan anti penuaan yang efektif tetapi dapat membuat kulit kering.

Retinol tidak boleh dicampur dengan vitamin C, benzoil peroksita, dan asam AHA/BHA. Asam AHA dan BHA bersifat eksfoliasi, jika dipakai setelah atau sebelum produk yang mengandung retinol justru dapat mengeringkan kulit dan menyebabkan iritasi lebih lanjut.  

bahan skincare yang boleh dicampur
Ilustrasi bahan skincare yang boleh dicampur (Pexels/Yan Krukov)

2. Vitamin C

Vitamin C digunakan bersamaan dengan antioksidan lain seperti vitamin E, dapat meningkatkan hasil dan efisiensi. Hal yang sama berlaku untuk memakai vitamin C di bawah tabir surya. Nah, yang tidak boleh dilakukan dalam rutinitas perawatan kulit, jangan campurkan vitamin C dengan retinol. Retinol disarankan dipakai pada malam hari, sedangkan vitamin C bisa dipakai sebelum tabir surya pada pagi harus untuk melindungi kerusakan kulit akibat paparan sinar UV.

3. Asam AHA/BHA

Asam AHA/BHA meliputi asam salisilat, glikolat, dan laktat, fungsinya memperbaiki tekstur, warna kulit, mengobati jerawat dalam kondisi tertentu, dan bersifat eksfoliasi. Saat menggunakan produk dengan asam AHA atau BHA disarankan untuk melanjutkan dengan produk yang menghidrasi.

Artinya kenakan pelembap yag mengandung ceramide, petrolatum, asam hialuronat, dan gliserin untuk menghidrasi dan menenangkan kulit. Asam AHA dan BHA tidak dapat dicampur dengan retinol karena bisa menyebabkan sensitivitas kulit yang berlebihan, iritasi, dan kemerahan, terang Marchbein.

4. Benzoil peroksida

Bagi kulit yang rentan berjerawat, benzoil peroksida menjadi bahan alternatif produk perawatan. Perawatan jerawat umumnya dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi pada kulit, terang Marchbein, pilih pelembap dan pembersih yang lembut serta menghidrasi.

Benzoil peroksida boleh dilanjutkan dengan urutan perawatan yang mengandung SPF, pelembap lembut, dan antibiotik topikal. Yang enggak boleh dicampur dengan benzoil peroksida adalah retinol.

5. Niacinamide

Niacinamide dikenal sebagai vitamin B3, antioksidan ini merupakan anti inflamasi yang dapat mencerahkan kulit dan meratakan perubahan warna. Meskipun niacinamide merupakan bahan yang jarang berefek iritasi, tetapi tidak disarankan mencampur baha, lembut ini dengan vitamin C.

Jika niacinamide dicampur dengan vitamin C, kekuarannya akan berkurang secara signifikan. Kecuali Anda memberikan jaran minimal 10 menit antara setiap serum.

Selain 5 bahan di atas, jika menggunakan sunscreen atau SPF, tidak disarankan untuk mencampur dengan riasan atau pelembap.