JAKARTA - Aset digital yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto, Bitcoin (BTC), telah mencatat kenaikan luar biasa sejak awal 2023. Kali ini BTC diperkirakan memasuki tahap akhir dari siklus bull-nya.
Analisis terbaru dari CryptoQuant menunjukkan tanda-tanda bahwa reli panjang ini mungkin mendekati puncaknya, seiring dengan sejumlah indikator pasar yang mulai menunjukkan pola khas menjelang akhir siklus bullish.
Menurut Crypto Dan, analis dan manajer komunitas CryptoQuant di Korea, data dari Realized Market Cap UTXO Age Bands Bitcoin mengindikasikan bahwa pasar kripto telah mencapai fase matang.
Saat ini, sekitar 36% dari kapitalisasi pasar Bitcoin terdiri dari koin yang diperdagangkan dalam satu bulan terakhir. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan puncak siklus sebelumnya, hal ini tetap menjadi sinyal bahwa pasar sedang mendekati titik jenuhnya.
BACA JUGA:
Crypto Dan memprediksi puncak siklus ini kemungkinan terjadi antara kuartal pertama (Q1) hingga kuartal kedua (Q2) 2025. Namun, alih-alih lonjakan harga tajam, ia mengantisipasi kenaikan harga secara bertahap, yang berpotensi memanaskan pasar dan memicu koreksi bearish. Ia juga mengingatkan para investor, terutama yang memegang posisi besar, untuk mulai mempertimbangkan strategi mitigasi risiko guna melindungi portofolio mereka.
Pengaruh Kebijakan Federal Reserve dan Analisis Tambahan
Pengamat pasar lainnya juga menggarisbawahi potensi hambatan yang dapat memengaruhi pergerakan Bitcoin ke depan. Markus Thielen dari 10x Research mencatat bahwa keputusan Federal Reserve AS pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mendatang dapat menjadi penentu arah pasar.
Sementara itu, John Glover, Chief Investment Officer (CIO) Ledn, memprediksi adanya koreksi harga jangka pendek, dengan BTC berpotensi turun ke 89.000 dolar AS (Rp1,44 miliar) sebelum kembali naik di atas 125.000 dolar AS (Rp2,02 miliar) pada kuartal berikutnya.
Para analis juga mencatat penurunan likuiditas pasar sebagai tantangan bagi Bitcoin untuk mempertahankan momentum kenaikannya. Untuk menembus level resistance 105.000 dolar AS (Rp1,7 miliar) di Januari 2025, diperlukan lonjakan volume perdagangan yang signifikan.