JAKARTA - Sepanjang tahun 2024, harga Bitcoin (BTC) melonjak lebih dari 118 persen. Menjelang akhir tahun, BTC terlihat bertengger di 92.500 dolar AS (Rp1,49 miliar) turun sekitar 3,87 persen sejak 1 Desember lalu
"BTC yang telah naik lebih 118 persen tahun ini, dimulai dari 44.000 dolar AS (Rp710 juta) pada 1 Januari 2024 dan kini bergerak di atas 92.500 dolar AS (Rp1,49 miliar),” kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 31 Desember.
Menurut Panji, tekanan jual saat ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung setelah setelah Bitcoin beberapa kali mencetak level tertinggi baru di bulan ini.
Ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga Federal Reserve menjelang 2025 juga menjadi sentimen negatif, terutama setelah bank sentral AS menyatakan akan menunda pemangkasan suku bunga hingga setidaknya Maret.
“Selain itu, pelantikan Presiden Donald Trump yang dijadwalkan pada 20 Januari menambah ketidakpastian pasar,” tambah Panji lebih lanjut.
Meskipun hasil bulan Desember menunjukkan tren yang cenderung negatif, Bitcoin dan Ethereum masih berpotensi untuk mencatatkan pertumbuhan lebih lanjut di awal 2025, didukung oleh aktivitas opsi yang meningkat dan optimisme pasar.
"Jika BTC mampu bertahan di level support 91.000 dolar AS (Rp1,46 miliar) dan 85.000 dolar AS (Rp1,37 miliar), peluang untuk kembali menguji level 100.000 dolar AS (Rp1,6 miliar) pada Januari 2025 tetap terbuka," tambah Panji Yudha.
Secara historis, Januari menjadi salah satu bulan yang positif untuk Bitcoin. Data dari Coinglass menunjukkan bahwa rata-rata harga Bitcoin di bulan Januari naik sebesar 3,35 persen sejak 2013. Tahun 2023 lalu, BTC menutup bulan Januari dengan kenaikan hampir 40 persen.