Bagikan:

JAKARTA – Klub sepak bola Bundesliga asal Jerman, St. Pauli, mengumumkan pada  Kamis 14 November, bahwa mereka akan meninggalkan platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), dengan alasan platform tersebut telah menjadi "pengeras suara kebencian" yang berpotensi mempengaruhi politik Jerman.

Dalam pernyataannya, klub yang berbasis di Hamburg ini menuduh pemilik X, Elon Musk, telah mengubah platform yang awalnya untuk ruang debat menjadi tempat yang memperkuat kebencian dan bisa berdampak pada kampanye pemilu Jerman yang dijadwalkan pada 23 Februari mendatang.

Pemilu dini tersebut dijadwalkan setelah koalisi pemerintahan Kanselir Olaf Scholz runtuh, dengan partai-partai sayap kanan dan sayap kiri menunjukkan peningkatan dukungan.

Keputusan St. Pauli ini muncul sehari setelah surat kabar Inggris The Guardian memutuskan untuk berhenti memposting di X, dengan alasan meningkatnya "konten yang mengganggu" seperti rasisme dan teori konspirasi.

Pada hari yang sama, surat kabar Spanyol La Vanguardia juga mengumumkan akan menghentikan akun mereka, menyebut X sebagai "ruang gema" untuk disinformasi dan teori konspirasi.

"Sejak mengambil alih Twitter, yang sebelumnya dikenal dengan nama tersebut, Musk telah mengubah X menjadi mesin kebencian," ungkap St. Pauli dalam pernyataannya. "Rasisme dan teori konspirasi dibiarkan menyebar tanpa kontrol, bahkan dipromosikan. Penghinaan dan ancaman jarang mendapat sanksi dan dijual sebagai kebebasan berbicara."

Meskipun akun St. Pauli akan ditinggalkan, konten dari 11 tahun terakhir akan tetap tersedia sebagai catatan sejarah. St. Pauli dikenal memiliki basis pendukung yang berpikiran alternatif dan berhaluan kiri, serta aktif dalam berbagai proyek sosial, termasuk dukungan untuk pengungsi dan minoritas, hingga pemasangan sarang lebah di atap stadion untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.