JAKARTA – MuSat2, antena sains yang diluncurkan pada awal tahun ini, telah berada di Orbit Rendah Bumi (LEO). Teknologi yang dikembangkan dengan dukungan ESTO NASA ini dapat memperkirakan kekuatan badai.
Sebagai bagian dari Instrumen Radar Bistatik GNSS Generasi Berikutnya (NGRx), MuSat2 akan membantu para ilmuwan dalam mengukur kecepatan angin permukaan laut. Data yang dikumpulkan antena ini akan dibagikan kepada ahli meteorologi yang mempelajari cuaca.
“Kami sangat tertarik untuk mengadopsi teknologi ini dan mengembangkannya lebih jauh, baik dari segi teknologi maupun produk,” kata CEO Muon Space, Jonathan Dyer, perusahaaan kedirgantaraan yang meluncurkan satelit tersebut.
Selama berada di orbit, MuSat2 mengumpulkan sinyal yang dipancarkan satelit navigasi. Antena ini akan mencatat berbagai interaksi antara satelit dan permukaan Bumi. Pada dasarnya, antena ini mengumpulkan pengukuran dari satelit di luar sistem GPS AS.
BACA JUGA:
Salah satu satelit tersebut adalah Galileo milik Badan Antariksa Eropa (ESA). Dengan pengumpulan data seperti ini, MuSat2 dapat memperoleh lebih banyak data selama mengorbit. Para ilmuwan pun dapat melakukan penilaian yang lebih akurat mengenai badai di masa mendatang.
Menurut Muon, teknologi ini dapat membantu misi sains maupun bisnis di masa mendatang. Pasalnya, teknologi ini tidak hanya menguntungkan NASA dan para ilmuwannya, tetapi juga Muon karena mereka berniat mengadopsi teknologinya di masa mendatang.
"Fakta bahwa ESTO membuktikan pendekatan pengukuran ini – teknologi dan instrumennya, ilmu yang dapat Anda peroleh, produk dari instrumen tersebut – merupakan pendorong yang sangat besar bagi perusahaan seperti kami, karena kami dapat mengadopsinya," jelas Dyer.