Bagikan:

JAKARTA - National Aeronautics and Space Administration (NASA) saat ini sedang bersiap untuk misi luar angkasa yang menabrakkan asteroid dengan pesawat luar angkasa mereka.

Dijuluki Double Asteroid Redirection Test (DART), misi ini dirancang untuk menguji teknik penabrak kinetik untuk membelokkan asteroid atau komet apa pun yang mungkin berdampak pada Bumi.

Peluncuran DART akan dijadwalkan pada Selasa, 23 November pukul 22:20 PT, menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari Vandenberg Space Force Base di California. Pesawat ruang angkasa akan menuju ke Tata Surya dan akan tiba di sistem asteroid biner pada musim gugur 2022 untuk mencoba manuver benturan dan defleksi.

Mengutip Digital Trends, Senin, 8 November, di samping itu, dalam misi ini NASA juga akan melihat apakah itu cara yang layak untuk melindungi Bumi dari dampak asteroid yang berpotensi berbahaya.

Sementara sebagian besar asteroid yang belakangan muncul melesat tanpa membahayakan melewati Bumi, sejumlah kecil disebut "Objek Berpotensi Berbahaya" yang dapat berdampak pada planet ini.

DART akan menuju sepasang asteroid, satu tubuh yang lebih besar disebut Didymos, dan satu lagi yang lebih kecil disebut Dimorphos. Meskipun tak satu pun dari asteroid ini benar-benar menimbulkan bahaya bagi Bumi, ini akan menjadi latihan jika asteroid mengancam planet ini.

Dibangun dan dikelola oleh Johns Hopkins Applied Physics Lab (APL) di Maryland, pesawat ruang angkasa DART akan dengan sengaja menabrak Dimorphos dengan kecepatan 4,1 mil per detik (6,6 km/s), atau 14.760 mph (23.760 kph), menyebabkan kecepatan orbit moonlet berubah sepersekian persen, pada gilirannya mengubah orbitnya di sekitar Didymos.

Sistem asteroid, yang saat ini terletak 6,8 juta mil (11 juta kilometer) dari Bumi, tidak menimbulkan risiko apa pun bagi planet kita. Namun, NASA akan menggunakan teleskop berbasis darat untuk mengamati dan mengukur perbedaan dalam sistem asteroid setelah uji dampak DART, untuk menilai apakah teknologi ini dapat digunakan untuk membelokkan asteroid dekat Bumi yang berpotensi berbahaya di masa depan.

“Pesawat ruang angkasa DART, badan utamanya sekitar 100 kali lebih kecil dari Dimorphos, asteroid yang menjadi sasarannya. Jadi Anda dapat melihat ini tidak akan menghancurkan asteroid. Ini hanya akan memberikan dorongan kecil. Ini sebenarnya akan membelokkan jalurnya di sekitar asteroid yang lebih besar. Jadi kami mendemonstrasikan defleksi asteroid dalam sistem asteroid ganda ini," ungkap kepala koordinasi DART di Laboratorium Fisika Terapan (APL) Universitas Johns Hopkins, Nancy Chabot.

Pesawat ruang angkasa DART akan memandu dirinya sendiri menggunakan teknologi yang disebut SmartNav, yang menggunakan algoritma komputasi untuk menemukan asteroid Dimorphos dan mengarahkan pesawat ke arahnya.