Bagikan:

JAKARTA – Matahari telah melewati siklus maksimumnya. Pada Selasa, 15 Oktober lalu, NASA mengungkapkan bahwa periode maksimum dari bintang di pusat tata surya ini akan terus berlanjut hingga tahun depan. 

Siklus matahari merupakan proses transisi dari aktivitas magnetik rendah menjadi tinggi. Puncak siklus ini biasanya terjadi setiap 11 tahun sekali saat kutub magnetik Matahari berganti. Saat transisinya terjadi, matahari akan berada dalam keadaan aktif dan penuh badai.

Bersama dengan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), NASA melacak bintik matahari untuk mengetahui kemajuan dari siklus matahari. Saat solar maksimum terjadi, jumlah bintik matahari dan jumlah aktivitasnya akan mengalami peningkatan. 

"Peningkatan aktivitas ini memberikan kesempatan menarik untuk mempelajari bintang terdekat kita — tetapi juga menyebabkan dampak nyata di Bumi dan di seluruh tata surya kita," kata Jamie Favors, Direktur Program Cuaca Luar Angkasa NASA.

Dampak buruk dari solar maksimum adalah cuaca luar angkasa yang tidak stabil, bahkan ekstrem. Dalam kondisi terburuk, aktivitas matahari ini dapat merusak satelit, sistem komunikasi, dan navigasi, serta meningkatkan risiko keamanan bagi astronot.

NASA menjelaskan bahwa mereka tidak bisa mengetahui puncak dari periode maksimum matahari jika aktivitas matahari belum mengalami penurunan. Namun, dalam dua tahun terakhir ini, Matahari telah memasuki fase siklus aktif karena jumlah bintiknya yang tinggi dan konsisten. 

Kemungkinan besar, fase maksimum ini akan berlangsung hingga satu tahun ke depan. Jika jumlah bintik mataharinya telah mengalami penurunan, Matahari telah kembali memasuki tahap minimum matahari.