Bagikan:

JAKARTA - Ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Robert Leamon dan Wakil Direktur Pusat Penelitian Atmosfer Nasional (NCAR) Scott McIntosh mengatakan bahwa puncak siklus matahari akan terjadi lebih cepat.

Matahari diperkirakan akan mencapai solar maksimum, puncak siklus yang menyebabkan variasi tidak beraturan, di tahun 2025. Namun, perkiraan kali ini tampaknya salah.

Dalam hasil penelitian mereka melalui pengamatan terhadap matahari, puncak ini akan terjadi di pertengahan akhir tahun 2024 dengan jumlah bintik matahari yang akan timbul dua kali lipat dari prediksi sebelumnya.

Puncak matahari ini sebenarnya terjadi setiap sebelas tahun sekali. NASA pernah mencatat siklus maksimum ini pada Desember 2008, Desember 2019, dan April 2014. Melihat rentetan tahun ini, sudah seharusnya solar maksimum berikutnya terjadi di tahun 2025.

Namun, hasil penelitian Leamon dan McIntosh justru maju setahun lebih cepat. Hingga saat ini, belum diketahui penyebab dari kemajuan siklus ini, tetapi kita perlu mempersiapkan diri.

Para peneliti tidak bisa abai dengan kemungkinan siklus puncak matahari yang terjadi lebih cepat karena aktivitas matahari bisa membawa dampak buruk bagi bumi dan seluruh satelit di sekitarnya.

Saat solar maksimum terjadi, matahari akan meletuskan sejumlah energi dalam bentuk suar hingga melontarkan material ke luar angkasa. Sebagian dari energi ini akan menghantam Bumi.

Dari peristiwa ini, Matahari bisa memengaruhi aktivitas planet lainnya hingga merusak cuaca luar angkasa. Bahkan bisa menonaktifkan satelit dan mengganggu jaringan listrik yang ada.

Namun, energi dari matahari ini tidak akan langsung menerjang Bumi. Planet kita memiliki perisai magnetis yang akan memberikan perlindungan secara otomatis. Magnet dari Matahari akan terbentur dan tergencet dari magnet Bumi.