Bagikan:

JAKARTA - Laporan terbaru Palo Alto Networks menemukan bahwa konvergensi antara teknologi informasi (IT) dan teknologi operasional (OT) meningkatkan risiko serangan siber yang kompleks, terutama pada sektor manufaktur.

Karena, serangan-serangan ini dapat menyebabkan dampak finansial yang signifikan dan menghentikan operasional perusahaan.

Maka dari itu, Country Manager Indonesia di Palo Alto Networks, Adi Rusli, menekankan pentingnya langkah-langkah proaktif dalam mengurangi risiko dan menjaga ketangguhan sistem industri.

Meskipun ada kekhawatiran mengenai potensi serangan berbasis AI, banyak pelaku industri yang melihat AI sebagai solusi utama dalam menghentikan ancaman terhadap infrastruktur vital tersebut.

Laporan yang berjudul ‘State of OT Security: Panduan Komprehensif untuk Tren, Risiko, dan Ketahanan Siber’ ini menemukan bahwa ada sebanyak 76,5 persen responden di Indonesia mengidentifikasi serangan AI terhadap sistem OT sebagai masalah utama.

Tapi di sisi lain, 74,5 persen dari 1.979 pemimpin bisnis teknologi operasional (OT) dan IT dari 23 negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, meyakini AI akan menjadi alat kunci dalam melindungi OT dari serangan siber.

"Pendekatan yang didukung oleh AI serta sistem keamanan terpadu di seluruh ekosistem adalah garda terdepan dalam pengamanan. Ini memungkinkan analisis cepat dan identifikasi pola ancaman sebelum serangan terjadi," tambah Rusli.

Selain AI, laporan ini juga menekankan bahwa migrasi ke teknologi cloud bisa menjadi alternatif lain untuk meningkatkan keamanan. Survei mencatat ada 74,5 persen responden percaya bahwa adopsi cloud akan memperkuat ketahanan sistem OT.

Rusli menambahkan, penerapan teknologi seperti AI dan cloud menjadi langkah penting dalam menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks.