JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama dengan BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika meluncurkan Laporan "Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal dan profil pasar ISP di Indonesia"
Laporan yang dilakukan selama periode Juli - September 2024, terhadap 1.950 responden dari 64 kabupaten yang berada di wilayah 3T menunjukkan bahwa 82,6 persen masyarakat sudah terkoneksi internet, sedangkan 17,4 persen lainnya mengatakan belum terkoneksi.
Survei ini juga menemukan bahwa 14,8 persen masyarakat menyebut biaya kuota internet yang terlalu mahal merupakan alasan utama mengapa masyarakat di 3T belum terhubung dengan internet.
Namun, bagi yang sudah berlanggan internet, 64,2 masyarakat di wilayah 3T lebih memilih untuk berlangganan paket internet bulanan, sedangkan 27,5 persen memilih langganan mingguan, dan 8,3 persen lainnya memilih langganan paket harian.
Melihat situasi ini, Fadhilah Mathar selaku Direktur Utama BAKTI Kominfo, yang hadir secara daring menyampaikan betapa pentingnya transformasi digital bagi ekonomi Indonesia.
BACA JUGA:
"Kontribusi ekonomi digital terhadap PDB terus meningkat, terutama setelah pandemi. Namun, kita masih melihat bahwa kontribusi ini masih di bawah 10 persen, dibandingkan negara besar lainnya seperti Amerika Serikat dan Cina. Oleh karena itu, estafet digitalisasi perlu mendapatkan perhatian serius," katanya pada Selasa, 17 September.
Di sisi lain, 49,23 persen ISP yang terlibat dalam survei ini berharap adanya insentif pajak bagi mereka yang berkomitmen membangun layanan di daerah rural 3T.