JAKARTA - Para peretas dari seluruh dunia berkumpul di sebuah ruangan konferensi kecil di Las Vegas pada Jumat 9 Agustus, untuk menguji keterampilan mereka melawan platform pemungutan suara online terbaru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kerentanan digital yang ada pada sistem pemilihan generasi mendatang.
Platform tersebut, yang dikenal sebagai Secure Internet Voting (SIV), dijalankan oleh perusahaan AS dengan nama yang sama. Platform ini memungkinkan orang untuk memberikan suara dari ponsel atau komputer mereka dan sudah digunakan dalam program percobaan kecil di seluruh Amerika Serikat.
Namun, platform ini menghadapi tantangan signifikan untuk penerapan yang lebih luas: sebagian besar negara bagian tidak mengizinkan penggunaan pemungutan suara online secara luas karena kekhawatiran keamanan, dan lebih memilih kertas suara yang dapat diaudit.
"Banyak orang yang telah menentukan bahwa hanya mungkin menciptakan pemungutan suara internet yang tidak aman," kata pendiri SIV, David Ernst, di konferensi tersebut. "Kami percaya bahwa ada alat dan teknologi modern yang memungkinkan Anda untuk membuatnya sangat aman, dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi daripada yang dapat dicapai dengan kertas saat ini."
"SIV sudah digunakan pada tingkat partai untuk memilih kandidat dalam pemilihan pendahuluan," kata Ernst. Republican Celeste Maloy terpilih sebagai kandidat kongres melalui pemungutan suara yang didukung oleh SIV pada tahun 2023. Maloy kemudian memenangkan kursi tersebut di distrik kongres Utah ke-2 pada bulan November tahun lalu.
SEE ALSO:
Keamanan pemungutan suara menjadi perhatian masyarakat Amerika, di mana beberapa orang khawatir bahwa pemilihan presiden dan kongres bulan November ini bisa menjadi target serangan siber dari luar negeri. Pejabat keamanan nasional senior mengatakan bahwa Rusia dan Iran sudah menargetkan pemilih dengan kampanye pengaruh online. Selama siklus pemilihan 2016 dan 2020, peretas Rusia menargetkan kantor pemilihan dan menyelidiki beberapa perusahaan mesin pemungutan suara.
Tim di balik SIV telah menawarkan hadiah sebesar 10.000 dolar AS (Rp160 juta) yang akan dibagi di antara para peretas yang berhasil mengidentifikasi cacat dalam sistem mereka. Acara ini berlangsung di DEF CON Hacking Conference, yang membawa ribuan profesional keamanan siber ke Nevada selama satu akhir pekan setiap tahun, dan telah diorganisir oleh kelompok keamanan pemilihan DEF CON "Voting Village".
Pendiri Voting Village, Harri Hursti, mengatakan bahwa teknologi ini memiliki potensi, tetapi kemungkinan pemungutan suara online secara luas mungkin memerlukan beberapa dekade untuk terwujud. "Ada beberapa pendekatan matematis yang mungkin, di masa depan, membuat pemungutan suara internet menjadi mungkin," kata Hursti. "Penemu salah satu teknologi tersebut mengatakan bahwa dia mungkin akan menyelesaikannya, tetapi bukan dalam hidup kita."