Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 30.000 peserta berkumpul di Las Vegas untuk mendengar berita terbaru dari Google Cloud. Konferensi Google Cloud Next (GCN) adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Google Cloud untuk menghadirkan berita terbaru, inovasi, dan pembaruan terkait teknologi cloud, kecerdasan buatan, analitik data, dan topik terkait lainnya kepada para pengembang, profesional IT, eksekutif, dan pelanggan mereka.

Acara ini merupakan platform untuk berbagi pengetahuan, peluang bisnis, dan pertemuan dengan praktisi dan pakar industri teknologi. Biasanya, acara ini mencakup serangkaian sesi, keynote, dan pameran yang menghadirkan berbagai pemimpin pendapat, inovator, dan pelaku industri terkemuka.

Namun acara ini berubah menjadi ajang penuh kecerdasan buatan, yang menyuguhkan berbagai inovasi terbaru dari Google.

Google Cloud, yang pada dasarnya merupakan penyedia infrastruktur dan platform komputasi awan, pada acara ini memberikan penekanan besar pada pengembangan kecerdasan buatan. Meskipun demikian, mereka tampaknya sedikit mengesampingkan bisnis inti mereka, kecuali dalam konteks kecerdasan buatan.

Beberapa pengumuman yang dilakukan Google meliputi sejumlah peningkatan kecerdasan buatan yang dirancang untuk membantu pelanggan memanfaatkan model bahasa besar Gemini (LLM) dan meningkatkan produktivitas di seluruh platform. Meski begitu, sebagian pengunjung merasa demonstrasi yang disajikan terlalu sederhana dan cenderung terfokus pada ekosistem Google.

Salah satu contoh yang disorot adalah saat demo e-commerce di mana presenter melakukan panggilan telepon ke vendor untuk menyelesaikan transaksi online. Meskipun bertujuan untuk menunjukkan kemampuan komunikasi bot penjualan, langkah ini sebenarnya bisa dilakukan langsung oleh pembeli di situs web.

Tentu, kecerdasan buatan memiliki beragam aplikasi yang kuat, termasuk pembuatan kode, analisis konten, dan analisis data log untuk memahami penyebab situs web mengalami gangguan. Namun, implementasi kecerdasan buatan yang sukses di dalam organisasi besar masih menjadi tantangan besar.

Perusahaan-perusahaan besar perlu mempertimbangkan perubahan yang signifikan dalam mengadopsi teknologi ini, dan Google serta vendor besar lainnya mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan kompleksitas sebenarnya dari implementasi kecerdasan buatan.

Vineet Jain, CEO Egnyte, menyoroti perbedaan antara perusahaan yang sudah beralih ke awan dan yang masih belum, serta potensi kesulitan bagi perusahaan yang tertinggal untuk mengadopsi kecerdasan buatan.

Selain itu, implementasi kecerdasan buatan juga sangat tergantung pada kualitas data. Google menawarkan berbagai alat untuk membantu insinyur data mengelola sumber data, tetapi perusahaan-perusahaan yang belum siap secara digital mungkin menghadapi kendala dalam mengadopsi solusi ini.

Teknologi kecerdasan buatan memang menjanjikan potensi besar, namun butuh langkah-langkah konkret untuk dapat diadopsi secara luas. Inilah yang menjadi sorotan utama dari konferensi Google Cloud di Las Vegas tahun ini.