Bagikan:

JAKARTA - Arab Saudi semakin menegaskan dominasinya sebagai destinasi investasi modal ventura teratas di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Menurut laporan terbaru dari Adaverse, kerajaan ini kini menjadi pusat bagi startup Web3 yang mencari pendanaan. Meskipun pertumbuhannya signifikan, industri Web3 di Arab Saudi masih menghadapi tantangan besar yang memerlukan kolaborasi berbagai pihak.

Laporan Adaverse mengungkapkan bahwa ekosistem Web3 di Arab Saudi berkembang pesat. Pada tahun 2023, kerajaan ini berhasil menarik 54% dari total pendanaan modal ventura di lima negara utama MENA. Data dari Neuron oleh Digital Digest menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2024, startup Saudi menyumbang 51% dari total investasi 429 juta Dolar AS (sekitar Rp6,9 triliun) di startup MENA, dan mencakup 36,2% dari kesepakatan investasi di kawasan tersebut.

Uni Emirat Arab (UEA), yang biasanya menjadi destinasi investasi teratas di wilayah ini, kini berada di posisi kedua dengan 37% dari total pendanaan dan 34% dari kesepakatan investasi. Arab Saudi semakin menarik bagi startup Web3 yang mencari pendanaan.

“Lonjakan ini didorong oleh faktor-faktor yang menciptakan ekosistem yang mendukung kewirausahaan dan investasi, menjadikan Arab Saudi tempat yang sangat menarik bagi startup Web3 yang ingin memanfaatkan peluang pendanaan yang kuat,” demikian menurut laporan tersebut.

Menurut informasi Bitcoin.com News, meskipun pertumbuhannya cepat, industri Web3 di Arab Saudi masih menghadapi tantangan signifikan, terutama ketidakpastian regulasi. Perkembangan teknologi dalam industri ini sering kali melampaui kemampuan regulator, termasuk di Arab Saudi. Laporan ini mendorong otoritas Saudi untuk menetapkan regulasi yang jelas dan komprehensif guna menciptakan lingkungan yang stabil dan mendukung pertumbuhan sektor Web3.

Selain itu, laporan ini menyoroti pentingnya penyederhanaan pengalaman pengguna dan pengembangan antarmuka yang intuitif. Dengan meningkatkan kemudahan penggunaan, startup Web3 diharapkan dapat menarik basis pengguna yang lebih luas, termasuk mereka yang tidak memiliki keahlian teknis.

Seperti banyak negara lain, industri Web3 di Arab Saudi juga menghadapi kekurangan tenaga ahli. Laporan ini merekomendasikan inisiatif pendidikan dan program pelatihan khusus. “Kolaborasi antara akademisi, pakar industri, dan organisasi dapat membantu mengembangkan kurikulum khusus dalam bidang blockchain dan sistem desentralisasi,” tambahnya.

Jika tantangan-tantangan ini dapat diatasi, startup Web3 di Arab Saudi akan berada pada posisi unik untuk memanfaatkan modal yang tersedia, ukuran pasar yang besar, dan daya beli konsumen yang kuat. Arab Saudi tampaknya siap menjadi pusat pertumbuhan Web3 di kawasan MENA, meskipun tantangan regulasi dan sumber daya manusia masih harus dipecahkan.