Bagikan:

JAKARTA – Boeing, produsen pesawat asal Amerika Serikat, mengalami banyak kerugian selama menjalankan program CST-100 Starliner. Kerugian terbaru muncul saat Boeing berusaha memulangkan Starliner ke Bumi.

Dilansir dari Spacenews, dokumen yang Boeing ajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada 31 Juli menjelaskan bahwa perusahaan itu telah mengambil biaya tambahan. Boeing membutuhkan dana sebesar 125 juta dolar AS (Rp2 triliun) untuk keperluan Starliner.

Pesawat ini mengalami kebocoran helium sehingga mesin pendorongnya sempat mati saat tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Meski pesawatnya sudah diperbaiki, Boeing yang berkolaborasi dengan NASA masih berusaha memecahkan masalahnya.

Secara keseluruhan, Boeing menanggung kerugian hingga 1,6 miliar dolar AS (Rp26 triliun) hanya untuk menjalankan misi Uji Terbang Awak (CFT) untuk pesawat Starliner. Sebagian besar kerugian berasal dari kegagalan uji terbang Starliner pada tahun 2019.

Tahun lalu, perusahaan itu menanggung kerugian sebesar 288 juta dolar AS (Rp4,6 triliun) karena Starliner belum selesai dikerjakan. Dengan besarnya jumlah kerugian ini, Kepala Eksekutif Boeing Dave Calhoun mengatakan bahwa kuartal tahun ini mengecewakan.

"Kami memperkirakan program pengembangan harga tetap akan tetap tidak stabil hingga kami menyelesaikan fase pengembangan dan beralih ke program waralaba jangka panjang yang matang," ungkap Calhoun.

Program Starliner masih sangat panjang dan kemungkinan ada kerugian lainnya di masa depan. Terlebih lagi, misi operasional pertama Starliner-1 telah ditunda dari Februari tahun depan menjadi Agustus pada tahun yang sama.

"Masih ada risiko bahwa kami mungkin mencatat kerugian tambahan di periode mendatang," kata Boeing dalam dokumen yang mereka serahkan ke SEC. Perusahaan itu tidak memperkirakan berapa jumlah kerugian yang mungkin mereka terima di masa depan.

Hingga saat ini, Boeing dan NASA masih melakukan pengujian di darat dan belum menetapkan tanggal kepulangan pesawat Starliner. NASA masih harus meninjau data dari uji coba pendorong di darat, lalu melakukan peninjauan tingkat lembaga sebelum menetapkan tanggal.