JAKARTA – Perusahaan penerbangan asal AS, Boeing Co., berselisih dengan Aerojet Rocketdyne, pemasok utama untuk pesawat ruang angkasa Starliner-nya. Ini terjadi Ketika perusahaan raksasa kedirgantaraan AS ini berlomba untuk menguji peluncuran kapsul astronot tanpa awak dan memperbaiki reputasinya di sektor luar angkasa.
CST-100 Starliner dijadwalkan untuk melakukan peluncuran di Florida pada 19 Mei, di atas roket Atlas 5 ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Boeing sangat ingin menunjukkan kepada NASA bahwa pesawat ruang angkasa mereka aman untuk mengangkut astronot ke dan dari pos terdepan yang mengorbit. Kegagalan perangkat lunak sempat terjadi pada uji penerbangan tanpa awak tahun 2019, yang membuat mereka sempat kehilangan muka.
Misi tersebut merupakan langkah penting untuk membangun kembali Boeing sebagai saingan yang layak bagi perusahaan luar angkasa SpaceX, milik Elon Musk. Namun perselisihan dengan Aerojet sebagai pemasok sistem propulsi membuat Boeing kini sulit merealisasikan rencananya.
LIVE: Teams from NASA and @BoeingSpace give an update on OFT-2, the second test flight of Boeing’s #Starliner spacecraft. Launch to the @Space_Station for the human-rated capsule is targeted for May 19: https://t.co/5UzSaMxHhv pic.twitter.com/GUVrQa3wTU
— NASA (@NASA) May 11, 2022
Boeing yang berbasis di Chicago dan Aerojet yang berbasis di El Segundo, California berselisih mengenai penyebab masalah yang melibatkan katup bahan bakar dalam sistem propulsi Starliner yang memaksa penundaan uji terbang Juli tahun lalu. Kini kedua perusahaan saling menyalahkan.
Ketidaksepakatan, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, muncul pada saat Boeing sudah berjuang untuk bangkit dari krisis berturut-turut yang telah melumpuhkan bisnis pesawat jetnya dan menguras uang tunai mereka.
Perselisihan dengan Aerojet adalah ilustrasi terbaru dari perjuangan Boeing dengan Starliner, sebuah program yang membebani perusahaan dengan biaya 595 juta dollar AS (Rp 9,1 triliun) sejak 2019. Menghadapi kontrak NASA dengan harga tetap yang meninggalkan Boeing dengan sedikit ruang gerak secara finansial, perusahaan telah maju dengan uji Starliner.
Boeing dalam sebuah pernyataan yang diberikan oleh juru bicara kepada Reuters mengakui untuk pertama kalinya bahwa mereka pada akhirnya bermaksud untuk mendesain ulang sistem katup Starliner untuk mencegah terulangnya masalah yang memaksa penundaan uji terbang tahun lalu. "Kami sedang mengerjakan perubahan desain jangka pendek dan jangka panjang pada katup," kata juru bicara Boeing kepada Reuters.
Tiga belas katup bahan bakar yang merupakan bagian dari sistem propulsi yang membantu mengarahkan Starliner di luar angkasa ditemukan macet dan tidak responsif dalam posisi tertutup, yang mendorong penundaan uji coba tahun lalu.
Berbagai kemunduran teknis telah mendorong penerbangan pertama Starliner dengan orang-orang di dalamnya ke masa depan yang tidak diketahui kapan jadwal pastinya, membuat mereka jauh ketinggalan dibanding SpaceX milik Musk. Padahal kapsul Crew Dragon dari SpaceX, juga dikembangkan di bawah program NASA yang sama dengan Starliner. Kini Crew Dragon, telah menerbangkan lima awak astronot untuk badan antariksa AS.
NASA berharap Boeing dapat memberikan opsi tambahan untuk membawa astronot ke stasiun luar angkasa. NASA pada bulan Maret memberikan SpaceX tiga misi lagi untuk menebus penundaan Boeing.
Sebuah tim insinyur Boeing dan NASA sepakat bahwa penyebab katup macet melibatkan reaksi kimia antara propelan, bahan aluminium dan intrusi uap air dari lokasi peluncuran Starliner yang lembab di Florida.
Insinyur dan pengacara Aerojet melihatnya secara berbeda. Menurut dua sumber, Aerojet menyalahkan bahan kimia pembersih yang digunakan Boeing dalam uji coba darat. Namun perwakilan Aerojet menolak berkomentar.
"Pengujian untuk menentukan akar penyebab masalah katup telah selesai," kata Boeing dalam pernyataannya, dan pekerjaan itu tidak menemukan masalah seperti yang dijelaskan oleh Aerojet.
NASA menyetujui pandangan itu, menurut Steve Stich, yang mengawasi program kru Boeing dan SpaceX untuk badan antariksa itu.
Boeing juga mengatakan Aerojet tidak memenuhi persyaratan kontrak untuk membuat sistem propulsi cukup tangguh untuk menahan masalah yang disebabkan oleh reaksi kimia.
Boeing minggu lalu mendorong Starliner kembali ke landasan peluncuran untuk ketiga kalinya menjelang peluncuran yang akan datang, setelah mengganti sistem propulsi dengan yang baru dengan perbaikan sementara yang mencegah kelembaban merembes ke bagian katup.
BACA JUGA:
Boeing dan NASA mengatakan mereka tidak membuat ulang katup yang macet sepenuhnya selama sembilan bulan pengujian, melainkan mengukur sejauh mana katup berjuang untuk membuka. Pendekatan ini digunakan untuk mengembalikan Starliner ke landasan peluncuran dengan cepat.
NASA, Boeing, Aerojet dan penasihat keselamatan independen akan bertemu minggu ini untuk mencapai penentuan akhir tentang penyebab masalah katup dan memutuskan apakah perbaikan sementara akan berhasil.
Pejabat Boeing secara pribadi menganggap penjelasan Aerojet untuk katup yang rusak sebagai upaya untuk mengalihkan tanggung jawab atas penundaan mahal untuk Starliner dan untuk menghindari membayar sistem katup yang didesain ulang.
Setelah pengujian dan masalah perangkat lunak menyebabkan kegagalan Starliner pada 2019 untuk berlabuh di stasiun ruang angkasa, pejabat NASA mengakui bahwa mereka terlalu mempercayai Boeing ketika mereka memutuskan untuk mencurahkan lebih banyak pengawasan teknik ke SpaceX yang lebih baru daripada raksasa luar angkasa itu.
Perseteruan dengan Aerojet bukanlah pertengkaran subkontraktor Starliner pertama bagi Boeing. Pada tahun 2017, Starliner mengalami kecelakaan selama tes darat yang memaksa presiden subkontraktor yang berbeda untuk mengamputasi kakinya secara medis. Subkontraktor menggugat, dan Boeing kemudian menyelesaikan kasus tersebut.