Bagikan:

JAKARTA - Boeing Co  menargetkan pada Februari 2023 untuk dapat menerbangkan misi Starliner pertamanya dengan astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Hal ini diterangkan pejabat Boeing dan NASA pada Kamis, 25 Agustus, ketika perusahaan kedirgantaraan itu sudah mendekati tahap akhir dari pengembangan wahana antariksa yang mahal dan sangat tertunda deadline-nya.

Penerbangan awak pertama Starliner akan tiba hampir setahun setelah pesawat ruang angkasa itu terbang ke stasiun luar angkasa dan kembali tanpa manusia pada bulan Maret. Ini menyelesaikan misi demonstrasi kritis untuk NASA pada percobaan kedua setelah kegagalan perangkat lunak yang menunda penerbangan uji serupa pada tahun 2019.

Boeing dan NASA berharap untuk dapat menerbangkan misi berawak setelah para insinyur memperbaiki masalah yang dihadapi selama penerbangan uji Starliner Maret lalu. Termasuk beberapa kegagalan pendorong onboard selama peluncuran pesawat ruang angkasa ke orbit yang oleh bos Starliner, Mark Nappi, dikaitkan dengan puing-puing.

"Saat ini kami menargetkan tanggal peluncuran pada awal Februari 2023," Steve Stich, kepala program NASA yang mengawasi pengembangan Starliner, mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers bersama dengan Boeing.

“Kapsul Starliner berawak diharapkan untuk berintegrasi dengan roket Atlas 5 pada bulan November,” kata Nappi seperti dikutip Reuters. Ini  bisa dilakukan setelah NASA menyetujui perbaikan Boeing untuk masalah pendorong. Kendaraan peluncuran Atlas 5 sendiri dibangun oleh perusahaan patungan Boeing dan Lockheed Martin.

Misi delapan hari, mengangkut astronot NASA Barry Wilmore dan Sunita Williams ke stasiun dan kembali, akan menandai misi uji terakhir sebelum NASA dapat mengesahkan Starliner untuk misi astronot rutin mereka.

Setelah disertifikasi, kapsul tersebut akan menjadi pilihan kedua NASA untuk membawa astronot ke dan dari stasiun, bergabung dengan pesawat ruang angkasa Crew Dragon SpaceX, yang sudah disertifikasi pada tahun 2020.

Boeing kini berada di bawah kontrak NASA dengan harga tetap senilai 4,5 miliar dolar AS (Rp 66,7 triliun) untuk pengembangan Starliner dan enam misi rutin setelah munculnya sertifikasi pesawat ruang angkasa itu.

Menurut Boeing pada Juli, perubahan jadwal peluncuran dan perbaikan teknik yang dihasilkan dari misi uji Starliner, Maret lalu menelan biaya Boeing 93 juta dolar AS, sehingga total biaya Boeing terkait Starliner menjadi 688 juta dolar AS (Rp 10,2 triliun) sejak kegagalan uji pesawat ruang angkasa 2019.