Bagikan:

JAKARTA – SpaceX dan United Launch Alliance (ULA) mendapatkan dan tambahan sebesar 1,8 miliar dolar AS (Rp29 triliun) untuk menjalankan lebih banyak misi peluncuran dari Angkatan Luar Angkasa AS (USSF).

Nilai kontrak ini mengalami peningkatan karena permintaan peluncuran untuk program Peluncuran Luar Angkasa Keamanan Nasional (NSSL) Fase 2 mengalami peningkatan. Dana tambahan yang diberikan akan dibagi sesuai kebutuhan perusahaan.

ULA akan menerima kenaikan nilai kontrak sebesar 1,1 miliar dolar AS (Rp17 triliun) sehingga total keseluruhan kontrak menjadi 4,5 miliar dolar AS (Rp73 triliun). Sementara itu, SpaceX menerima 661 juta dolar AS (Rp10 triliun) dan nilai kontraknya menjadi 4 miliar dolar AS (Rp65 triliun).

Dilansir dari Spacenews, Juru Bicara Komando Sistem Luar Angkasa USSF mengatakan bahwa perubahan nilai kontrak ini diperlukan karena estimasi jumlah misi mengalami peningkatan. Peluncuran di bawah kontrak NSSL Fase 2 diperkirakan mencapai 49 misi.

Perubahan nilai kontrak ini tidak akan memengaruhi program NSSL Fase 3 yang akan datang. Juru bicara itu menjelaskan bahwa kuantitas misi terbaru untuk Fase 2 akan dipesan sebelum kontrak NSSL Fase 3 dimulai.

ULA dan SpaceX merupakan dua penyedia jasa peluncuran untuk program NSSL Fase 2. Pada 30 Juli lalu, ULA meluncurkan satelit USSF terakhir dengan roket Atlas V. Selanjutnya, muatan di bawah program NSSL akan diluncurkan menggunakan Vulcan Centaur.

Tidak banyak informasi mengenai muatan NSSL yang diluncurkan oleh ULA. Pihak perusahaan hanya menjelaskan bahwa muatan bernama USSF-51 diluncurkan ke orbit geostasioner (GEO) untuk keperluan militer AS.