Bagikan:

JAKARTA – Para astronom dari Universitas Nottingham menemukan 1,5 triliun bintang yatim piatu menggunakan Teleskop Luar Angkasa Euclid. Triliunan bintang ini ditemukan bertebaran di gugusan galaksi Perseus.

Bintang yatim piatu merupakan sebutan bagi bintang yang terpisah dari induknya, tetapi masih terikat dengan galaksi tempat mereka berada. Bintang yang masuk ke dalam kategori ini akan terus mengembara di ruang angkasa tanpa arah dan tujuan.

Para astronom pun sempat memperkirakan bahwa bintang yatim piatu yang lepas dari galaksi asalnya akan terseret ke galaksi lain yang lebih besar. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bintang-bintang ini tetap melayang di luar galaksi.

Setelah meneliti data dari teleskop Euclid, para astronom terkejut saat menemukan cahaya samar yang berada di luar galaksi dan melayang di antara dua galaksi. Rupanya, cahaya redup ini merupakan bintang yatim piatu yang lepas dari galaksinya.

Nina Hatch, profesor yang memimpin kelompok penelitian, dan rekannya awalnya berpikir bahwa cahaya samar yang mereka temukan adalah materi gelap. Mereka baru menyadari bahwa cahaya itu berasal dari bintang setelah dipelajari lebih lanjut.

“Cahaya ini membantu kita memetakan materi gelap jika kita memahami dari mana bintang-bintang intra-gugus berasal. Dengan mempelajari warna, luminositas, dan konfigurasinya, kami menemukan bahwa mereka berasal dari galaksi kecil," kata Hatch.

Ini merupakan temuan yang tidak biasa, tetapi menarik untuk diamati. Setelah penelitian yang cukup panjang, Hatch dan rekannya menyadari bahwa bintang tanpa induk ini mengelilingi sebuah titik yang ada di antara galaksi NG 1275 dan 1272.

Sementara itu, Astronom Jesse Golden-Marx mengatakan bahwa hasil pengamatan dengan data Euclid menunjukkan bahwa gugus Perseus mengalami penggabungan dengan kelompok galaksi lain. Oleh karena itu, gravitasinya mengalami gangguan.

“Penggabungan baru-baru ini dapat menyebabkan gangguan gravitasi, menyebabkan galaksi paling masif atau bintang-bintang yatim piatu menyimpang dari orbit yang diharapkan, sehingga mengakibatkan ketidaksejajaran yang teramati," jelas Marx.