Bagikan:

JAKARTA – Badan Antariksa Eropa (ESA) meluncurkan satelit EarthCARE pada Rabu, 29 Mei. Satelit ini lepas landas dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California menggunakan roket Falcon 9.

Sekitar 10 menit setelah peluncuran, stasiun Hartebeesthoek yang ada di Afrika Selatan menerima sinyal bahwa EarthCARE sudah berada di orbit. Kini, satelit tersebut akan dipersiapkan untuk mempelajari dampak awan dan aerosol bagi iklim Bumi.

EarthCARE merupakan misi kolaborasi antara ESA dan Badan Eksplorasi Kedirgantaraan Jepang (JAXA). Misi ini dibangun oleh konsorsium yang terdiri dari 75 perusahaan, tetapi kontraktor utamanya adalah Airbus.

Setelah peluncuran dilakukan, Simonetta Cheli selaku Direktur Program Pengamatan Bumi ESA mengatakan bahwa misi EarthCARE merupakan program penelitian paling kompleks yang dikerjakan oleh lembaganya, bahkan proses pengembangannya.

"(Misi ini bisa berjalan) berkat kerja sama yang erat dengan mitra JAXA kami, yang menyumbangkan instrumen radar profil awan satelit, dan seluruh tim industri luar angkasa yang terlibat," kata Cheli, dikutip dari siaran resmi ESA.

Cheli menjelaskan bahwa misi ini sangat penting untuk memajukan pengetahuan ilmiah manusia. Nantinya, data pertama dari satelit EarthCARE bisa digunakan untuk lebih memahami tindakan yang tepat dalam mengatasi perubahan iklim.

Sementara itu, Manajer Proyek JAXA, Eiichi Tomita, mengatakan bahwa EarthCARE merupakan alat yang sangat berguna untuk meningkatkan akurasi model iklim global. Pasalnya, data dari satelit ini bisa digunakan untuk memitigasi perubahan iklim.

"JAXA menyediakan radar profil awan, radar pertama di dunia yang dapat mengukur kecepatan aliran ke atas dan ke bawah di dalam awan. Kami berharap produk data EarthCARE ini menjadi luar biasa," ujar Tomita.