Bagikan:

JAKARTA – Korea Utara berusaha meluncurkan satelit pengintai ke orbit pada Sabtu, 27 Mei. Meski satelit bernama Malligyong-1-1 itu gagal diluncurkan, upaya peluncuran satelit ini tetap dikecam oleh pejabat AS.

Korea Central News Agency (KCNA) mengonfirmasi bahwa Malligyong-1-1 gagal diluncurkan karena roket yang digunakan meledak. Setelah melalui pemeriksaan awal, pihak komite persiapan untuk misi satelit tipe baru itu mengatakan bahwa mesin roket mengalami masalah.

"Kantor pusat lapangan dari komite persiapan tidak tepat membuat kesimpulan awal bahwa penyebab kecelakaan itu disebabkan oleh keandalan pengoperasian mesin oksigen cair dan minyak bumi yang baru dikembangkan," tulis KCNA di situs web resminya.

Sehari setelah Malligyong-1-1 lepas landas, Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada The Korea Times bahwa peluncuran itu melanggar perintah Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) karena menggunakan teknologi rudal balistik.

"AS mengutuk peluncuran DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) pada tanggal 27 Mei, yang menggabungkan teknologi yang terkait langsung dengan program rudal balistik DPRK dan melanggar beberapa resolusi DK PBB,” kata juru bicara departemen tersebut.

AS berencana mengirimkan sinyal yang kuat bahwa tindakan negara tersebut salah. Jung Pak, pejabat senior AS untuk Korea Utara, telah berkonsultasi dengan Korea Selatan dan Jepang untuk membahas lebih lanjut mengenai peluncuran tersebut.

"Kami akan terus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mengirimkan sinyal kuat kepada DPRK bahwa tindakan mereka hanya akan meningkatkan isolasi karena hal tersebut akan merusak stabilitas dan kemakmuran di Semenanjung Korea,” jelas juru bicara tersebut.

Bagi AS, peluncuran yang menggunakan teknologi rudal balistik merupakan bentuk pelanggaran secara terang-terangan. Peluncuran satelit pengintai ini dinilai berisiko dan mengganggu stabilitas keamanan di Korea Utara serta kawasan sekitarnya.

Mengingat buruknya dampak dari penggunaan teknologi rudal balistik, AS mengajak negara lainnya untuk ikut mengecam tindakan Korea Utara. AS berencana mendesak Korea Utara untuk bergabung ke dalam percakapan yang serius.

"Kami mendesak semua negara untuk mengecam program senjata pemusnah massal dan rudal balistik yang melanggar hukum," ucap juru bicara tersebut. "(kami) menekan DPRK untuk terlibat dalam dialog yang serius."