Bagikan:

JAKARTA – BAE Systems, perusahaan keamanan dan kedirgantaraan terbesar di Inggris, menerima kontrak pembuatan satelit. Kontrak ini diberi kan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) AS.

BAE Systems menerima kontrak senilai 365 juta dolar AS (Rp5,8 triliun) untuk mengembangkan satelit Geostationary Extended Observations (GeoXO). Satelit ini akan dibuat di fasilitas BAE Systems, Goddard Space Flight Center, dan Kennedy Space Center.

Berdasarkan kontrak yang telah disepakati kedua belah pihak, BAE Systems akan membuat instrumen dari satelit GeoXO dan membuat unit tambahan jika mendapatkan permintaan. Masing-masing satelit yang diluncurkan harus didukung selama 15 tahun.

Periode kinerja ini terdiri dari 10 tahun masa operasi satelit di orbit dan 5 tahun penyimpanan di orbit sebelum melakukan de-orbit atau proses masuk kembali ke atmosfer Bumi hingga terbakar. Selama periode kinerja, BAE akan memastikan instrumennya aman.

Instrumen GeoXO merupakan spektrometer hiperspektral yang bisa mengukur spektrum cahaya secara luas dari ultraviolet. Instrumen ini akan mengamati polutan udara setiap jam dari transportasi, pembangkit listrik, ekstrasi minyak dan gas, dan lainnya.

Polutan ini di observasi saat berada di atmosfer. Harapannya, "Dengan menyediakan pengamatan dan pengukuran komposisi atmosfer secara terus-menerus, data instrumen GeoXO akan meningkatkan prakiraan dan pemantauan kualitas udara."

Selain itu, data yang dihasilkan akan digunakan untuk memitigasi dampak kesehatan dari polusi dan asap, seperti asma, penyakit kardiovaskular atau sistem jantung dan pembuluh darah, dan gangguan neurologis atau sistem saraf otak.

Satelit GeoXO merupakan program yang dijalani oleh NASA dan NOAA. Keduanya berkolaborasi, tetapi kontrak diserahkan atas nama NOAA. Bukan hanya memasukkan nama di dalam kontrak, NOAA juga mendanai dan mengelola program hingga produk datanya.