JAKARTA – NASA, mewakili lembaga Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), memberikan kontrak pengembangan instrumen untuk memetakan petir kepada Lockheed Martin pada 17 September.
Kontrak yang menjadi bagian dari program satelit Geostationary Extende Observations (GeoXO) milik NOAA ini bernilai sekitar 297,1 juta dolar AS atau sekitar Rp4,5 triliun. Periode kontrak ini mencapai 15 tahun dengan 10 tahun masa operasi dan 5 tahun masa penyimpanan di orbit.
Melalui situs resminya, NASA menjelaskan bahwa kontrak pengembangan instrumen pemetaan petir ini mencakup pembuatan dua instrumen untuk penerbangan serta opsi dua unit tambahan. Instrumen ini akan dibuat di dua fasilitas Lockheed Martin dan Goddard Space Flight Center.
"Ruang lingkup kontrak ini meliputi tugas dan hasil yang diperlukan untuk merancang, menganalisis, mengembangkan, membuat, mengintegrasikan, menguji, memverifikasi, dan mengevaluasi instrumen pemeta petir," kata NASA dalam laporannya.
BACA JUGA:
Pengembangan instrumen ini akan menyempurnakan kinerja dari instrumen GeoXO Lightning Mapper. Teknologi ini diharapkan dapat mendeteksi, menemukan, serta mengukur intensitas, durasi, dan luasnya sambaran petir di seluruh belahan bumi.
Sebagai instrumen lanjutan dari Geostationary Operational Environmental Satellites-R (GOES-R), perangkat ini akan menganalisis badai hebat yang mungkin terjadi, meningkatkan waktu tunggu peringatan untuk cuaca berbahaya, hingga memberi indikasi awal dari sambaran petir.
"Data tersebut akan digunakan untuk prediksi intensitas badai, deteksi dan respons kebakaran hutan, estimasi curah hujan, dan mengurangi bahaya penerbangan," jelas NASA. "Data tersebut juga tersedia lebih sering daripada radar lokal dan mengisi kesenjangan cakupan radar."