Bagikan:

JAKARTA - Vanguard, raksasa manajemen aset global, menegaskan sikapnya untuk tidak terlibat dalam penawaran Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin. Keputusan ini memicu perdebatan hangat di kalangan investor dan pengamat pasar.

Tim Buckley, CEO Vanguard, dengan tegas menyatakan ketidaktertarikannya pada spot Bitcoin ETF, menimbulkan reaksi beragam. Sementara beberapa pihak mengkritik, Jim Bianco, penasihat keuangan, berdiri teguh mempertahankan keputusan tersebut. Menurutnya, Vanguard tidak perlu mengikuti tren hanya karena popularitas Bitcoin yang meningkat.

Persetujuan spot Bitcoin ETF oleh SEC Amerika Serikat pada Januari lalu telah membuka pintu bagi perusahaan seperti BlackRock dan Fidelity Investments untuk memperkenalkan produk inovatif ini. Namun, Vanguard memilih jalur yang berbeda, memicu komentar dari Cathie Wood dari Ark Invest yang menyebut keputusan Vanguard "mengerikan" karena berpotensi mengisolasi penggunanya dari sistem moneter terdesentralisasi.

Dilansir dari Coingape, Bianco menekankan bahwa Vanguard, dengan aset ETF sekitar 2,58 triliun dolar AS (sekitar Rp40.178,2 triliun), tidak mengalami kerugian akibat penolakan mereka terhadap spot Bitcoin ETF. Bahkan, Vanguard mencatat aliran masuk sebesar 29,44 miliar dolar AS (sekitar Rp458,9 triliun) ke semua ETF-nya, tanpa termasuk Bitcoin ETF.

Bianco juga membantah rumor yang menyebut Buckley akan dipecat karena sikapnya terhadap Bitcoin ETF. Buckley, yang masih memiliki waktu sembilan bulan sebagai CEO Vanguard, diharapkan akan pensiun dengan warisan sebagai salah satu pengelola aset paling sukses, dengan total aset lebih dari 9 triliun dolar AS (sekitar Rp140.310 triliun).

Keengganan Vanguard untuk terjun ke pasar Bitcoin ETF mungkin merupakan strategi jangka panjang yang bijaksana, mengingat volatilitas dan ketidakpastian yang masih mengitari aset kripto. Meskipun demikian, pertumbuhan eksponensial pasar kripto tidak bisa diabaikan, dan keputusan Vanguard ini bisa menjadi topik diskusi yang akan terus berlanjut di masa mendatang.