JAKARTA — Pada awal bulan Februari, Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) dinonaktifkan karena Bulan memasuki malam hari. Pesawat itu diperkirakan mati total setelah malam bulan berakhir.
Rupanya, perkiraan ini salah. Pada Senin, 26 Februari, Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) mengumumkan bahwa pendarat buatan mereka berhasil merespons perintah. Repons ini menunjukkan bahwa SLIM mampu bertahan di malam bulan yang ekstrem.
"Tadi malam, perintah dikirim ke SLIM dan tanggapan diterima, mengonfirmasi bahwa pesawat ruang angkasa telah berhasil melewati malam bulan dan mempertahankan kemampuan komunikasi!" kata JAXA melalui platform X beberapa waktu lalu.
Komunikasi terjalin dalam waktu singkat karena SLIM kembali memutuskan kontak tak lama setelah merespons. Hal ini terjadi karena peralatan komunikasi sedang dalam suhu yang begitu tinggi dan pendarat memutuskan untuk beristirahat.
"Saat kita (SLIM) berkomunikasi dengan Bumi tadi malam, suhu beberapa peralatan kita sudah lebih dari 100 derajat celsius. Saya tidak menyangka suhu akan setinggi ini, namun sungguh menakjubkan bahwa peralatan elektronik luar angkasa masih berfungsi!" ungkap JAXA.
BACA JUGA:
Melihat perkembangan ini, JAXA yakin bahwa mereka masih bisa mempertahankan SLIM. Setelah suhu instrumen sudah turun dan tidak sepanas sebelumnya, JAXA akan mengirimkan perintah hingga SLIM memberikan respons lagi.
Saat ini, tim SLIM sedang mempersiapkan instrumen kamera spektroskopi multiband (MBC) untuk kembali melakukan observasi. Instrumen ini akan mengamati komposisi permukaan bulan hingga matahari kembali terbenam pada Kamis, 29 Februari.
Artinya, JAXA hanya punya waktu singkat untuk mengeksplorasi bulan dan mengamati permukaannya. Jika terlambat, SLIM tidak akan aktif kembali karena pendarat itu tidak dirancang untuk bertahan di malam bulan yang sangat ekstrem.