Bagikan:

JAKARTA - Pada Kamis, 4 Januari, CEO OpenAI, Sam Altman, menyatakan bahwa anggota komunitas Muslim dan Arab dalam industri teknologi merasa tidak nyaman untuk berbicara tentang pengalaman terkini mereka, dalam referensi yang tampaknya terkait dampak perang yang sedang berlangsung di Gaza.

"Rekan-rekan Muslim dan Arab (terutama Palestina) di komunitas teknologi yang telah saya bicarakan merasa tidak nyaman untuk berbicara tentang pengalaman terkini mereka, seringkali karena takut akan balasan dan dampak kerusakan pada prospek karir mereka," tulis Altman di jaringan media sosial X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Bos OpenAI yang didukung oleh Microsoft ini mendesak industri teknologi untuk memperlakukan anggota komunitas tersebut dengan empati.

Seorang pengguna di X bertanya kepada Altman bagaimana pendapatnya tentang pengalaman komunitas Yahudi.

Altman menjawab: "Saya Yahudi. Saya percaya bahwa antisemitisme adalah masalah yang signifikan dan terus berkembang di dunia, dan saya melihat banyak orang di industri kita membela saya, yang sangat saya hargai. Saya melihat jauh lebih sedikit dukungan untuk orang Muslim."

Pemerhati hak asasi manusia mencatat bahwa antisemitisme dan Islamophobia telah meningkat tajam di Amerika Serikat dan tempat lain sejak 7 Oktober ketika kelompok Islamis Palestina, Hamas, menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang, menurut data Israel.

Serangan Israel selanjutnya terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 22.000 warga Palestina, hampir 1% dari populasi 2,3 juta, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Dewan Hubungan Amerika-Islam menyatakan bulan lalu bahwa dalam dua bulan setelah perang dimulai, insiden yang dipicu oleh Islamophobia dan bias terhadap Palestina dan Arab meningkat sebesar 172% di Amerika Serikat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lembaga Anti-Defamation League mengatakan pada Desember bahwa antara 7 Oktober dan 7 Desember, insiden antisemitisme di AS meningkat sebesar 337%.