JAKARTA - Seorang penambang bitcoin di kota Izhevsk, Rusia, mengalami nasib nahas saat diculik oleh sekelompok orang yang menuntut tebusan sebesar 15 juta rubel (sekitar Rp 2,4 miliar) untuk membebaskannya. Kejadian ini terjadi pada 25 Desember 2023, dan menjadi salah satu contoh dari meningkatnya kekerasan terhadap pemilik aset kripto di negara tersebut.
Menurut laporan Ren TV, korban yang berusia 23 tahun itu diseret dari rumahnya dan dimasukkan ke dalam mobil Niva, yang dikenal sebagai kendaraan tangguh di Rusia. Salah satu penculik ternyata adalah teman dekat korban, yang mengetahui bahwa korban memiliki sejumlah bitcoin yang bernilai tinggi.
Penculik kemudian menghubungi saudara korban melalui aplikasi Telegram dan menuntut tebusan sebesar 15 juta rubel (sekitar Rp 2,4 miliar) dalam waktu singkat. Mereka juga mengancam akan menuduh korban sebagai pengedar narkoba dengan menanam barang bukti dan melaporkannya ke polisi.
BACA JUGA:
Korban berhasil dibebaskan setelah polisi menangkap salah satu pelaku dan menginterogasinya. Pelaku lainnya masih dalam pengejaran. Mereka dijerat dengan pasal perampokan dengan kekerasan yang dapat diancam dengan hukuman maksimal 12 tahun penjara.
Insiden ini menunjukkan betapa berbahayanya menjadi penambang atau pemilik kripto di Rusia, di mana serangan fisik terhadap mereka semakin sering terjadi. Sejak tahun 2014, lebih dari 100 kasus kekerasan terhadap penambang dan pemilik kripto telah dilaporkan, termasuk penculikan, pemukulan, dan perampokan.
Salah satu kasus terkenal adalah penculikan seorang klien Binance, bursa kripto terbesar di dunia, pada November 2023. CEO Binance, Changpeng Zhao, yang biasa disapa CZ, mengungkapkan bahwa klien tersebut dipaksa untuk mentransfer semua kripto miliknya ke dompet penculik.