Bagikan:

JAKARTA - Menurut ChatGPT, versi terbaru dari chatbot AI, kecerdasan buatan (AI) dapat memainkan peran dalam skenario di mana harga Bitcoin turun hingga mencapai 100.000 dolar AS (Rp1,5 miliar) pada tahun 2024.

Pada 1 Januari, Cointelegraph bertanya pada chatbot AI apakah harga Bitcoin bisa mencapai 100.000 dolar AS tahun ini dan bagaimana AI dapat memainkan peran dalam mencapai hasil tersebut. Menurut ChatGPT, secara "teoretis memungkinkan" bagi Bitcoin mencapai 100.000 dolar AS pada tahun 2024 jika serangkaian kondisi menguntungkan terpenuhi. Namun, ChatGPT juga mencatat bahwa ini "tetap bersifat sangat spekulatif."

Setelah itu, ChatGPT memberikan beberapa faktor umum yang dapat berkontribusi pada skenario tersebut, termasuk perkembangan regulasi positif, peningkatan adopsi ritel dan institusional, serta devaluasi mata uang atau inflasi.

ChatGPT juga menyatakan bahwa persetujuan Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot dapat berdampak positif pada harga, karena akan memberikan aksesibilitas dan likuiditas yang lebih besar pada aset tersebut. Ini juga dapat mendorong investor institusional untuk masuk ke pasar, karena persetujuan tersebut dapat dianggap sebagai tanda penerimaan regulasi.

Cointelegraph kemudian bertanya kepada ChatGPT bagaimana AI dapat berkontribusi pada pencapaian harga Bitcoin mencapai 100.000 dolar AS pada tahun 2024. Chatbot tersebut menjelaskan bahwa AI dapat berperan melalui pengaruhnya pada analisis pasar, strategi perdagangan, dan kemajuan teknologi lebih luas dalam blockchain.

ChatGPT menjelaskan bahwa algoritma AI dapat memproses jumlah data pasar yang besar dan mengidentifikasi tren dan pola yang mungkin terlewat oleh analis manusia. Ia mengatakan bahwa bot perdagangan yang didukung AI juga dapat mengeksekusi perdagangan pada waktu yang optimal tergantung pada kondisi pasar, juga mencatat bahwa bot dapat bereaksi jauh lebih cepat daripada manusia dalam lingkungan pasar yang cepat.

Meskipun terdapat manfaat penggunaan AI dalam perdagangan, ChatGPT juga menyoroti risiko signifikan yang menyertainya, seperti peretasan dan serangan siber. Pada tahun 2022, sebuah bot perdagangan memperoleh 1 juta dolar AS (Rp15,3 miliar) melalui peluang perdagangan arbitrase, namun seorang peretas kemudian memperdaya bot tersebut untuk memberikan izin pada transaksi berbahaya, menguras semua dana.