Bagikan:

JAKARTA - Firefly Aerospace, perusahaan kedirgantaraan swasta, meluncurkan roket Firefly Alpha pada Jumat, 22 Desember lalu dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California.

Sejak awal, peluncuran ini tidak berjalan dengan normal. Seharusnya, roket Alpha dalam misi Fly the Lightning ini diluncurkan pada 20 Desember, tetapi peluncurannya ditunda karena permasalahan cuaca.

Dua hari kemudian, pendakian roket awalnya berjalan sesuai rencana karena tahap atas telah mencapai orbit transfer nominal. Namun, setelah Firefly berencana membakar tahap atas untuk kedua kalinya sekitar 40 menit kemudian, perusahaan itu tidak memberikan update lagi.

Dari laporan Spacenews, data pelacakan Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (USSF) menunjukkan bahwa dua objek yang merupakan muatan Alpha berada di dalam orbit elips berukuran 215 x 523 kilometer.

Artinya, peluncuran ini tidak berjalan sesuai dengan rencana karena muatan yang dikembangkan oleh Lockheed Martin itu berada di bagian orbit yang tidak tepat. Hal ini dikonfirmasi oleh Firefly sekitar 12 jam setelah peluncuran berlangsung.

“Penyalaan ulang mesin tahap kedua yang dijadwalkan Alpha tidak mengirimkan muatan ke orbit target yang tepat. Namun, komunikasi dengan pesawat luar angkasa telah terjalin dan operasi misi kini sedang berlangsung,” kata Firefly melalui rilis resmi perusahaan.

Firefly menyadari bahwa kesalahan tersebut tidak bisa diabaikan. Sesuai dengan komitmen perusahaan untuk menemukan berbagai solusi dari kasus penerbangan anomali, Firefly akan bekerja sama dengan beberapa pihak untuk mencari penyebab dari kesalahan tersebut.

“Kami akan dengan cepat dan terus berinovasi untuk menemukan solusi dan memastikan penyelesaian menyeluruh atas setiap anomali yang kami lihat selama penerbangan. Kami akan bekerja sama dengan pelanggan dan mitra pemerintah untuk menyelidiki kinerja tahap kedua dan menentukan akar permasalahannya,” jelas Firefly.