Roket Alpha Firefly Gagal Terbang Setelah Mesin Nomor 2 Mati
Roket Alpha Firefly, gagal mengangkasa karena mesin nomor 2 mati. (foto: dok. firefly)

Bagikan:

JAKARTA – Roket Alpha Firefly yang meledak di tengah penerbangan pada Kamis, 2 September tetapi perusahaan memposting video baru pada Minggu 5 September dan memberikan detail lebih lanjut tentang apa yang terjadi.

 "Meskipun kendaraan tidak mengorbit, hari itu menandai kemajuan besar bagi tim kami," tweet perusahaan itu. “Kami menunjukkan bahwa kami ‘tiba’ sebagai perusahaan yang mampu membangun dan meluncurkan roket.”

Alpha, roket dua tahap, lepas landas dari pangkalan Vandenberg Space Force di California pada pukul 21:59 ET pada Kamis atau 8.59 WIN Jumat, membawa muatan satelit pribadi. Itu adalah misi pertama perusahaan. Namun dua menit setelah lepas landas, roket mulai miring secara horizontal, gagal mencapai tekanan aerodinamis maksimumnya.

Menurut Firefly, roket berhasil melewati landasan peluncuran, tetapi sekitar 15 detik setelah terbang, mesin nomor 2 mati. Kendaraan itu melanjutkan pendakiannya dan mampu mempertahankan kendali selama sekitar 145 detik, kata sumber Firefly. Akan tetapi kecepatan pendakiannya lambat karena tidak memiliki daya dorong dari salah satu dari empat mesinnya (yang dimatikan).

“Kendaraan ditantang untuk mempertahankan kontrol tanpa vektor dorong mesin 2. Alpha mampu mengimbangi pada kecepatan subsonik, tetapi saat bergerak melalui penerbangan transonik dan supersonik, di mana kontrol paling menantang, kontrol vektor dorong tiga mesin tidak cukup. Kendaraan itu jatuh di luar kendali, ” menurut sumber Firefly. “Jangkauan tersebut menghentikan penerbangan menggunakan Flight Termination System (FTS) yang eksplosif. Roket itu tidak meledak dengan sendirinya.”

Ini sedang menyelidiki mengapa mesin 2 mati lebih awal, dan mengatakan akan melaporkan akar penyebabnya setelah menyelesaikan penyelidikan. “Bekerja sama dengan FAA dan mitra kami di Space Launch Delta 30, kami akan kembali melakukan peluncuran Alpha Flight 2 sesegera mungkin,” tweet perusahaan itu..

Kuo menambahkan bahwa komunikasi satelit LEO adalah teknologi yang sebanding dengan mm Wave 5G dalam hal dampaknya terhadap industri jaringan, Apple dapat memanfaatkan kedua teknologi tersebut. Kuo mengatakan Apple optimistis tentang tren komunikasi satelit dan membentuk tim khusus untuk penelitian dan pengembangan teknologi yang terkait dengannya beberapa waktu lalu.

Meski demikian, laporan ini belum secara resmi dikonfirmasi oleh Apple, untuk itu ada baiknya menunggu hingga peluncuran iPhone 13 terjadi pada September ini.