JAKARTA – Firefly Aerospace, perusahaan kedirgantaraan swasta, telah menyelesaikan laporan investigasi terkait gagalnya peluncuran misi komersial Alpha FLTA004 pada Desember tahun lalu.
Laporan Investigasi Kecelakaan itu telah diserahkan ke Badan Penerbangan Federal (FAA) pada Selasa, 20 Februari. Dalam laporan tersebut, Firefly menjelaskan akar masalah dari kegagalan tahap kedua Alpha dan tindakan perbaikannya.
CEO Firefly Aerospace, Bill Weber, mengatakan bahwa laporan tersebut dibuat oleh tim gabungan yang bekerja sama selama beberapa bulan. Hasil laporan tersebut akan memperbaiki kesalahan roket Alpha dan sistem peluncuran di masa mendatang.
“Ke depannya, hasil jangka panjang yang penting adalah pematangan Alpha yang cepat dan menyeluruh sebagai roket kelas satu metrik ton yang dapat diandalkan dan dituntut pasar, yang merupakan dedikasi dan hasil dari Firefly,” kata Weber, dikutip Selasa, 21 Februari.
Laporan Investigasi Kecelakaan ini dibuat berdasarkan hasil penyelidikan dari Tim Investigasi Kecelakaan dan Tim Peninjau Independen. Pembuatan laporannya juga diamati oleh FAA, Lockheed Martin, NASA, Angkatan Luar Angkasa AS, dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB).
BACA JUGA:
Hasil penyelidikan menyatakan bahwa kecelakaan roket Alpha terjadi karena kesalahan algoritma perangkat lunak Bimbingan, Navigasi, dan Kontrol (GNC). Kesalahan ini membuat Sistem Kontrol Reaksi (RCS) tidak bekerja sebelum mesin tahap kedua menyala.
Akibatnya, muatan Electronically Steered Antenna milik Lockheed Martin gagal diluncurkan ke orbit yang tepat. Meski sudah mencapai orbit, muatan antenna itu harus kembali ke Bumi dan mengalami proses de-orbit atau penghancuran.
Sebelum masuk kembali ke atmosfer Bumi, muatan milik Lockheed berhasil menyelesaikan misi utama, yaitu commissioning satelit secara cepat setelah penyisipan. Lockheed pun sempat mengatakan bahwa demonstrasi antena mereka berjalan sesuai proses pengujian.