Bagikan:

JAKARTA – Mt. Gox, perusahaan kripto asal Jepang yang sudah tidak aktif lagi akibat peretasan besar-besaran yang terjadi sekitar satu dekade lalu. Perusahaan kripto tersebut harus kehilangan 850.000 Bitcoin setelah dikuras oleh peretas pada 2014.

Baru-baru ini, Mt. Gox dikabarkan mulai membayar krediturnya pada tahun ini setelah keruntuhan perusahaan pertukaran kripto tersebut pada 2014 silam. Para kreditur mulai menerima pemberitahuan melalui email dari Mt. Gox. Email tersebut menyatakan bahwa para kreditur akan mulai menerima pembayaran dalam uang tunai sebagai bentuk ganti rugi.

Email tersebut menyatakan bahwa pembayaran akan dimulai sekitar tahun ini dan berlanjut hingga tahun 2024. Namun, sayangnya, Mt. Gox tidak menyebutkan secara spesifik kapan pembayaran akan dimulai atau kapan kreditur akan menerima pembayaran uang tunai tersebut.

“Untuk alasan ini dan alasan lainnya, waktu pembayaran spesifik untuk kreditur rehabilitasi individu belum ditentukan..." tulis keterangan dalam email tersebut.

Meskipun ini langkah baik dari Mt. Gox, para pengamat justru mempertanyakan pembayaran dalam bentuk Bitcoin kepada kreditur yang mengharapkannya. Email tersebut tidak menyebutkan ganti rugi dalam BTC.

Menurut MtGoxBalanceBot, akun X yang melacak saldo di semua alamat yang diketahui dipegang oleh perwalian MtGox, Nobuaki Kobayashi memiliki 137.890,9811 BTC. Akun tersebut juga mencatat bahwa Wali Amanat (Trustee) memiliki tambahan 3.795 BTC di alamat yang tidak dikenal.

Selain email yang dikirim ke kreditur, Wali Amanat juga menerbitkan pengumuman. Publikasi tersebut menyatakan bahwa Nobuaki Kobayashi menerima lebih dari 7 miliar yen Jepang (sekitar $47 juta) untuk membiayai pembayaran kreditur.

Sejarah Peretasan Mt. Gox

Informasi saja, Mt. Gox adalah perusahaan pertukaran kripto berbasis di Shibuya, Jepang, didirikan pertama kali pada 2010. Mt. Gox menjadi perusahaan pertukaran Bitcoin terbesar di dunia yang melakukan sekitar 70% perdagangan Bitcoin secara global pada tahun 2013.

Menurut laporan CoinSpeaker, empat tahun setelah peluncuran, Mt. Gox tiba-tiba menghentikan penarikan (withdrawal) dana pelanggan setelah terjadi peretasan besar-besaran yang melenyapkan 850.000 Bitcoin. Mt. Gox kemudian menangguhkan operasinya dan mengajukan perlindungan kebangkrutan kepada pemerintah setempat.

Pada 9 Juni 2023, Departemen Kehakiman AS (DOJ) merilis pengumuman di laman resminya, menyatakan bahwa DOJ mendakwa dua warga negara Rusia yang diduga terlibat dalam peretasan Mt. Gox. Keduanya, Alexey Bilyuchenko (43) dan Aleksandr Verner (29) didakwa telah mencuri 647.000 Bitcoin.

Menurut dokumen pengadilan, keduanya bersekongkol untuk mencuci sekitar 647.000 bitcoin hasil peretasan Mt. Gox. Alexey Bilyuchenko juga didakwa bersekongkol dengan Alexander Vinnik untuk mengoperasikan perusahaan perdagangan kripto ilegal BTC-e dari tahun 2011 hingga 2017.

"Pengumuman ini menandai tonggak penting dalam dua investigasi mata uang kripto utama. Seperti yang dituduhkan dalam dakwaan, mulai tahun 2011, Bilyuchenko dan Verner mencuri sejumlah besar mata uang kripto dari Mt. Gox, yang menyebabkan kebangkrutan bursa tersebut. Berbekal keuntungan yang didapatkan secara ilegal dari Mt. Gox, Bilyuchenko kemudian diduga membantu mendirikan bursa mata uang virtual BTC-e yang terkenal kejam, yang mencuci dana untuk para penjahat dunia maya di seluruh dunia," kata Asisten Jaksa Agung Kenneth A. Polite, Jr. dari Divisi Kriminal Departemen Kehakiman.

"Dakwaan ini menyoroti komitmen tak tergoyahkan departemen untuk mengadili pelaku kejahatan dalam ekosistem mata uang kripto dan mencegah penyalahgunaan sistem keuangan,” tambahnya.